Halaman
Prinsip Hereditas
123
Prinsip Hereditas
P
ernahkah kalian melihat kucing berbulu putih, coklat, atau bergaris-
garis hitam? Kalian mungkin pernah pula mengunjungi pedagang
tanaman hias (nurseri) yang mengoleksi aneka ragam sifat tanaman (baik
bentuk, warna, jumlah bunga, maupun ukuran tanamannya).
Ternyata, mereka dapat memperoleh koleksi binatang maupun tanaman
dengan sifat sesuai yang mereka inginkan. Caranya dengan melakukan
persilangan dua individu yang mempunyai sifat yang diharapkan. Apa
yang menyebabkan hal ini dapat terjadi? Kalian akan mengetahuinya
setelah mempelajari materi berikut. Simaklah bersama-sama.
50,000 PhotoArt
15,000 Educational Image
dok.PIM
dok.PIM
Bab
V
124
Biologi Kelas XII
Nah, pada bab ini, kalian akan mempelajari hukum-hukum pewa-
risan sifat Mendel, pola-pola hereditas, dan hereditas pada manusia.
Selanjutnya, kalian diharapkan dapat menerapkan Hukum Men-
del dengan menentukan perbandingan fenotip dan genotip keturunan,
menjelaskan macam-macam, penyebab terjadi, dan aplikasi dari penyim-
pangan-penyimpangan semu Hukum Mendel. Selain itu, kalian di-
harapkan dapat mengaplikasikan perhitungan perbandingan terjadinya
pewarisan sifat pada manusia.
A. Hukum Pewarisan Sifat Mendel
Jika individu dengan sifat A melakukan perkawinan dengan
individu lain dengan sifat B, sifat keturunannya dapat mengikuti
salah satu induknya atau merupakan hasil kombinasi dari sifat kedua
induknya. Penurunan atau pewarisan sifat dari induk atau tetua kepada
generasi (keturunan) berikutnya disebut inheritansi (
inheritance
).
Peristiwa pewarisan sifat tersebut mengikuti pola-pola tertentu yaitu
pola-pola hereditas (Latin:
heres
atau ahli waris).
Hukum Mendel merupakan Hukum Hereditas yang menjelaskan
prinsip-prinsip penurunan sifat pada organisme. Teori Mendel
didukung beberapa biologiwan seperti
De Vries
(Belanda),
Correns
(Jerman), dan
Tschermak
(Austria).
Suatu hipotesis memprediksi bahwa dari generasi ke generasi,
populasi dengan perkawinan bebas akan menghasilkan individu yang
sama (seragam). Namun kenyataannya, dalam pengamatan setiap
hari dan hasil percobaan pengembangbiakan hewan serta tumbuhan
bertolak belakang dengan prediksi tersebut. Untuk mengembangkan
teorinya, Mendel menggunakan objek kajian berupa tanaman kacang
kapri atau ercis (Gambar 5.1).
Alasan dan keuntungan pemilihan kacang kapri untuk objek
kajiannya antara lain: kapri memiliki pasangan-pasangan yang kontras,
mudah disilangkan, mampu menghasilkan keturunan banyak dan
cepat karena daur hidupnya yang pendek, serta dapat melakukan
autogami atau penyerbukan sendiri karena mempunyai organ kelamin
jantan (stamen atau benang sari) dan organ kelamin betina (putik atau
pistillum) dalam tiap bunganya.
Mendel mengamati tujuh sifat kacang kapri (
Pisum sativum
)
tersebut, antara lain: biji bulat dibandingkan dengan biji keriput; biji
warna kuning dibandingkan dengan biji warna merah; buah warna hijau
dibandingkan dengan buah warna kuning; buah mulus dibandingkan
dengan buah berlekuk; bunga warna ungu dibandingkan dengan
bunga warna putih; dan letak bunga diaksial (ketiak) dibandingkan
bunga di terminal ujung; serta batang panjang dibandingkan dengan
batang pendek.
Mendel memindahkan serbuk sari yang belum dewasa atau
matang, dan menaburkan serbuk sari ke kepala putik pada bunga yang
serbuk sarinya sudah dihilangkan. Selanjutnya, ia menyilangkan dua
• Hukum Mendel
• Tautan
• Pindah silang
• Sex linkage
• Determinasi seks
• Gen letal
•
Nondisjunction
• Kromosom seks
KataKunci
Kilas
Pada bab pembelahan
sel, dikenal pembelahan
langsung (amitosis) dan
tidak langsung (mitosis
dan meiosis). Pembela-
han meiosis terjadi pada
proses gametogenesis yang
menghasilkan bahan baku
(gamet) untuk terjadinya fer-
tilisasi sehingga membentuk
individu baru.
Gambar 5.1
Tanaman ercis
(
Pisum sativum
)
Microsoft Encarta Premium 2006
Prinsip Hereditas
125
individu galur murni atau true breeding (yaitu tanaman yang apabila
melakukan penyerbukan sendiri, senantiasa menghasilkan tunas
yang sifatnya sama persis dengan sifat induknya) yang sama–sama
memiliki pasangan sifat kontras, misalnya : kacang kapri berbunga
merah galur murni dengan kacang kapri berbunga putih galur murni
atau tanaman kacang kapri batang panjang dengan kacang kapri
berbatang pendek.
Hasil penyilangan menunjukkan bahwa sifat dari dua induk tidak
muncul sekaligus (hanya satu sifat). Kacang kapri berbunga merah yang
disilangkan dengan kacang kapri berbunga putih menghasilkan kacang
kapri berbunga merah. Berarti warna merah dominan terhadap warna
putih, atau warna putih resesif terhadap warna merah. Alel dominan
yaitu gen penentu sifat yang menutupi sifat pasangannya (alel resesif ),
dan ditulis dengan huruf besar (dalam contoh di atas, warna merah
bersifat dominan dan ditulis sebagai M). Alel resesif yaitu alel penentu
sifat yang ditutupi oleh sifat pasangannya (alel dominan), dan ditulis
dengan huruf kecil (dalam contoh di atas, warna putih bersifat resesif
dan ditulis sebagai m).
Selanjutnya, Mendel menyilangkan sesama F1 yang berbunga
merah. Keturunan generasi kedua (F2)nya terdiri dari tanaman berbunga
merah dan tanaman berbunga putih dengan rasio (perbandingan) 3 :
1. Berdasarkan penelitiannya, Mendel menyusun beberapa hipotesa
sebagai berikut:
1. Sepasang gen dari induk jantan dan induk betina berperan dalam
mengendalikan setiap sifat pada keturunannya.
2. Setiap alel (anggota dari sepasang gen) menunjukkan bentuk al-
ternatif sesamanya. Misalnya warna merah dengan putih, atau biji
bulat dengan biji keriput.
3. Pasangan alel berbeda yang terdapat bersama–sama dalam satu in-
dividu tanaman, terdiri dari alel yang merupakan faktor dominan
dan faktor resesif. Faktor dominan akan menutupi faktor resesif.
4. Pada saat pembentukan gamet (meiosis), masing-masing alel me-
misah secara bebas. Selanjutnya, penggabungan gamet terjadi se-
cara acak.
5. Individu murni mempunyai pasangan sifat (alel) yang sama yaitu
dominan saja, atau resesif saja.
Setelah diuji berkali-kali ternyata hasil penelitian Mendel tetap,
sehingga hipotesis Mendel ditetapkan sebagai Hukum Mendel yang
pokok, yaitu Hukum Mendel I (Hukum Segregasi) dan Hukum
Mendel II (Hukum Pengelompokan atau Penggabungan). Oleh karena
itu, Mendel dikenal sebagai Bapak Genetika.
1. Hukum Mendel I (Hukum Segregasi)
Hukum Mendel I disebut juga hukum segregasi yang menyatakan
bahwa pada waktu pembentukan gamet, terjadi pemisahan alel secara
acak (
Th e Law of Segregation of Allelic Genes
).
Galeri
Gregor Johann Mendel
lahir
pada 22 Juli 1822 di Heinzen-
dorf (dulu bagian dari Austria,
sekarang masuk wilayah
Cekoslowakia). Tahun 1840, ia
belajar di Sekolah Menengah
Troppau kemudian di Institut
Filsafat Olmutz. Tahun 1843, ia
melanjutkan studinya di Biara
Augustinia di Altbrun dan
menjadi pendeta pada 1847.
Tahun 1851-1853, Mendel
belajar di Universitas Wina.
Selanjutnya, tahun 1857-
1865, ia menyilangkan
Pisum
sativum
(ercis) dan mempu-
blikasikan hasilnya. Tahun
1866, publikasinya sampai ke
Eropa dan Amerika, hingga
Mendel mendapat gelar
sebagai Bapak Genetika.
Suryo, Genetika Manusia, hlm. 86
Microsoft Encarta Premium 2006
126
Biologi Kelas XII
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, gen merupakan bagian
dari DNA yang terdapat dalam kromosom. Pasangan kromosom
homolog mengandung pasangan gen (terdiri dari 2 alel). Pada pem-
bentukan gamet secara meiosis, pasangan-pasangan gen pada kromosom
homolog saling berpisah (tahap Anafase). Pada akhir meiosis, setiap
sel gamet yang dihasilkan hanya memiliki satu alel dari pasangan gen
saja (pelajari kembali tentang gametogenesis). Proses pemisahan gen
inilah yang disebut
segregasi gen
. Mengenai Hukum Mendel I ini
dapat kalian kaji dari persilangan monohibrida (pembastaran dengan
satu sifat beda).
Sebagai langkah awal kalian dalam mempelajari persilangan mono-
hibrida, berikut ini akan dijelaskan tentang istilah-istilah yang sering
digunakan dalam persilangan.
a. Genotip dan Fenotip
Di dalam suatu individu, terdapat 2 faktor penting yang saling
terkait yaitu faktor genotip dan faktor fenotip.
Genotip
adalah
susunan genetik dari suatu sifat atau karakter individu, biasanya
diberi simbol dengan huruf dobel (misalnya TT, Tt dan tt). Genotip
juga dikatakan sebagai faktor pembawaan. Genotip menunjukkan
sifat dasar yang tidak tampak dan bersifat menurun atau diwariskan
pada keturunannya. Sementara itu,
fenotip
adalah hasil ekspresi atau
perpaduan dari genotip dengan lingkungannya, berupa sifat yang
tampak dari luar sehingga dapat diamati. Sebagai contoh adalah
bentuk (rambut, wajah, mata, tubuh, dan lain-lain) atau warna (pada
rambut, kulit, iris atau selaput pelangi). Genotip yang sama dapat
menghasilkan fenotip yang berbeda jika terdapat pada lingkungan
berbeda.
Nah, setelah kalian mengetahui tentang genotip dan fenotip, si-
maklah materi tentang persilangan monohibrida berikut.
b. Persilangan Monohibrida
Pernahkah kalian mendengar istilah monohibrida? Persilangan
monohibrida adalah perkawinan 2 individu dengan satu sifat beda
yang menyolok. Persilangan monohibrida dapat terjadi pada tumbuh-
an, hewan maupun manusia.
1) Monohibrida pada Tumbuhan
Persilangan monohibrida pada tumbuhan dapat dilakukan misal-
nya pada buncis berbiji bulat dengan buncis berbiji keriput, buncis
dengan biji warna kuning disilangkan dengan biji warna hijau, buncis
berbunga merah dengan buncis berbunga putih, dan seter
usnya. Agar
mudah mempelajarinya, tiap-tiap persilangan diberi simbol (notasi).
Pada saat menyilangkan, tanaman induk diberi simbol P (singkatan
dari parental). Keturunan I (keturunan pertama) yang dihasilkan dise-
but fi llial (keturunan) yang disingkat F1. Sementara itu, keturunan II
sebagai F2. Cobalah kalian perhatikan Tabel 5.2.
Gambar 5.2
Salah satu contoh
bentuk fenotip
Microsoft Encarta Premium 2006
Prinsip Hereditas
127
Catatan
:
Keturunan I (F1) dihasilkan dari persilangan 2 induk atau parental (P)
Keturunan II (F2) dihasilkan dari persilangan sesama F1 (sifat sama)
Pada persilangan monohibrida yang lain, Mendel melakukan
eksperimen (percobaan) dengan menyilangkan tanaman kacang kapri
berbunga kuning dan tanaman kacang kapri berbunga putih. Maka
generasi keturunannya (F1) adalah 100% tanaman kacang kapri ber-
bunga kuning. Namun, apabila tanaman kacang kapri berbunga kuning
disilangkan sesamanya (persilangan
inbreeding
), keturunannya menun-
jukkan 75% tanaman berbunga kuning dan 25% berbunga putih. Un-
tuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada diagram persilangan monohib-
rida berikut.
Persilangan Monohibrida
Generasi 1
P1 : Fenotip :
tanaman berbunga kuning X
tanaman berbunga putih
Genotip :
KK kk
Gamet :
K k
F1
: 100% tanaman anakan berbunga kuning (Kk)
Generasi 2
P2 : Fenotip :
tanaman berbunga kuning X
tanaman berbunga kuning
Genotip :
Kk Kk
Gamet :
K dan k
K dan k
K K
k
k
Sifat Beda
Induk = Parental
(P)
Sifat dan Banyak Individu yang Dihasilkan
Perbandingan
Jumlah
F2
Keturunan I
(F1)
Keturunan II
(F2)
Biji bulat X keriput
Semua bulat
5.474 bulat : 1.850 keriput 2,96:1
B
iji kuning X hijau
Semua kuning
6.022 kuning : 2.001 hijau
3,01:1
Bunga merah X putih
Semua merah
705 merah : 224 putih
3,15:1
Polong gembung X kurus
Semua gembung
882 gembung : 299 kurus
2,95:1
Polong hijau X kurus
Semua hijau
428 hijau : 152 kuning
1,82:1
Bunga aksial X terminal
Semua aksial
651 aksial : 207 terminal
3,14:1
Batang panjang X pendek
Semua panjang
787 panjang : 177 pendek
2,84:1
Tabel 5.1. Hasil Persilangan dengan Satu Sifat Beda (Persilangan Monohibrida)
Campbell, Reece, & Mitchell, Biologi 1, hlm 260 (dengan pengembangan)
128
Biologi Kelas XII
F2 : KK : kuning
Kk : kuning
75%
Kk : kuning
kk : putih
25%
Perbandingan (rasio) fenotip
: Kuning : putih
75% : 25%
Peristiwa terbentuknya tanaman bunga kuning dari hasil persilangan
menurut Mendel adalah sebagai berikut: pada waktu pembentukan
gamet betina (ovum), alel-alel KK ini memisah menjadi K dan K,
sehingga sel gamet pada tanaman berbunga kuning hanya mengandung
satu macam alel yaitu alel K saja. Sebaliknya, tanaman jantan berbunga
putih, bersifat
homozigot resesif
dan genotipnya kk. Alel ini memisah
menjadi k dan k pada waktu pembentukan gamet jantan atau serbuk
sari, sehingga gamet-gamet jantan tanaman putih hanya memiliki satu
macam alel k. Dalam persilangan, terjadilah peleburan gamet jantan
(k) dan gamet betina (K), membentuk individu bersifat
heterozigot
,
dengan genotip Kk (fenotip kuning). Pada persilangan ke-2 (P2), yaitu
persilangan bebas antara genotip Kk dengan Kk, juga dimulai dengan
segregasi alel K dan k, baik pada individu jantan maupun betina. Se gregasi
Kk menghasilkan dua macam gamet, yaitu gamet yang mengan dung alel
K dan gamet yang mengandung alel k. Karena induk betina mempunyai
2 macam gamet (K dan k), maka terjadilah penyilangan antara keempat
macam gamet di atas, yaitu K dengan K membentuk KK (fenotip kuning,
homozigot dominan), K dengan k membentuk Kk (fenotip kuning,
heterozigot), k dengan K membentuk Kk (fenotip kuning, heterozigot),
dan k dengan k membentuk kk (fenotip putih, homozigot resesif ).
2) Monohibrida pada Hewan
Persilangan monohibrida pada hewan dapat dipelajari pada per-
silangan antara marmot dengan rambut normal (hitam) dan marmot
dengan rambut albino
. Berikut ini adalah persilangan antara kedua
marmot tersebut.
Persilangan Monohibrida
P
:
AA X
aa
(hitam) (albino)
Gamet : A a
F1 : Aa (hitam)
F2
Gamet
Gamet
Aa
A
AA (hitam)
Aa (hitam)
a
Aa (hitam)
aa (albino)
Catatan
: Alel A = menyebabkan terbentuknya melanin (pigmen
pemberi warna)
Alel a = menghambat terbentuknya melanin
Prinsip Hereditas
129
Dari hasil persilangan monohibrida sebelumnya, perbandingan
fenotip antara marmot rambut hitam dengan albino adalah (1 AA: 2
Aa: 1 aa) atau 3 hitam : 1 albino.
3) Monohibrida pada Manusia
Hasil persilangan pada manusia dapat menghasilkan sifat-sifat
ber
upa jenis kelamin dan adanya kelainan atau cacat menurun (akan
kalian pelajari pada sub bab berikutnya). Kelainan albino dapat juga
dialami oleh manusia. Seperti halnya pada marmot, persilangan an-
tara manusia berambut hitam dengan manusia berambut albino juga
menghasilkan perbandingan keturunan 3 (hitam) : 1 (albino).
Setelah kalian mempelajari tentang persilangan monohibrida, iku-
tilah rubrik
Percobaan
berikut agar kalian mengerti lebih baik.
Percobaan
Mempelajari Persilangan Monohibrida
A. Dasar Teori
Persilangan monohibrida merupakan persilangan dengan menggunakan satu sifat beda, mi-
salnya warna saja, rasa, atau bentuk dari suatu sifat yang dimiliki oleh individu (manusia, hewan
atau tumbuh-tumbuhan). Persilangan monohibrida mempunyai rasio fenotip 3 : 1 yaitu, 3 sifat
dominan dan 1 sifat resesif.
B. Tujuan percobaan
Mempelajari persilangan melalui suatu model tiruan (simulasi)
C. Alat dan bahan
1.
Kotak genetika (dapat menggunakan cawan plastik) 2 buah
2.
Manik-manik warna kuning 100 buah dan warna putih 100 buah
D. Cara Kerja
1.
Siapkan 100 buah manik-manik berwarna kuning (KK), dan 100 buah manik berwarna putih
(kk). Masukkan pada kedua wadah yang berbeda. Kedua wadah tersebut mewakili dua
individu pada generasi F1 suatu percobaan. Manik kuning mewakili gen dominan untuk
kacang kapri yang bunganya berwarna kuning (K) dan manik putih mewakili gen resesif
untuk kacang kapri berbunga putih (k).
2.
Kocok kedua wadah tersebut agar manik-manik tercampur.
3. Ambil masing-masing satu manik dari setiap wadah (dengan acak dan secara bersa-
maan). Kemudian letakkan manik-manik di atas meja (pasangan manik dari kedua wadah
tersebut mewakili zigot). Manik-manik diambil sampai habis, selanjutnya catat hasil kombi-
nasinya, apakah kuning-kuning, kuning putih atau putih putih.
4.
Lakukan percobaan tersebut sebanyak 50x sehingga diperoleh 50 zigot.
5.
Masukkan hasilnya dalam tabel pengamatan yang kalian buat.
E. Pembahasan
Dari hasil pengamatan, akan diperoleh data-data tentang kombinasi dari persilangan bunga
kacang kapri kuning dan putih. Selanjutnya diskusikanlah hal-hal berikut.
1. Bagaimana sajakah genotip dan fenotip bunga kacang kapri yang dihasilkan?
2. Bagaimana rasio fenotip dan rasio genotip dari persilangan kapri berbunga kuning dan
putih tersebut?
3. Apakah yang dimaksud dengan sifat dominan dan sifat resesif pada bunga kacang kapri?
130
Biologi Kelas XII
Sebelum kalian melanjutkan materi tentang Hukum Mendel beri-
kutnya, (Hukum Mendel II), ikutilah rubrik
Telisik
berikut ini.
Setelah kalian mempelajari Hukum Mendel I, berikut akan kalian
pelajari tentang Hukum Mendel yang lain yaitu Hukum Mendel II.
2. Hukum Mendel I I (Hukum Asortasi)
Selain hanya mempunyai satu sifat beda, individu dapat mempu-
nyai sifat beda lebih dari satu. Persilangan 2 individu yang mempunyai
2 sifat beda (dengan dua alel yang berbeda) disebut dengan
persilang-
an dihibrida
. Misalnya: bentuk biji kacang kapri (bulat dan keriput),
warna (kuning dan hijau), atau ukuran batang (tinggi dan pendek).
Hukum Mendel II dikenal sebagai
Hukum Asortasi
, hukum ber-
pasangan atau penggabungan secara bebas (
Th
e Law of Independent As-
Membuat Skema Segregasi Gen
Pada Hukum Mendel I telah kalian pelajari bahwa pada pembentukan gamet, terjadi pemisahan alel-alel
dari pasangan gen secara bebas. Untuk menggambarkan peristiwa tersebut, kerjakan langkah-langkah
berikut ini:
1. Persiapkan bahan berupa kertas karton, kertas manila, gunting, dan penggaris.
2. Gunakan kertas karton sebagai alas atau tempat menempelkan kertas manila (sebagai kromosom).
Potonglah kertas manila dengan bentukan lingkaran dan buatlah bagan seperti terlihat di bawah ini.
3. Lanjutkan bagan tersebut dengan mengisikan bagian yang kosong, sehingga terbentuk 4 sel gamet
yang haploid (terdiri dari satu alel dari pasangan gen kromosom).
4.
Jika alel K menunjukkan fenotip warna bunga kuning dan alel k menunjukkan warna bunga putih,
jelaskan maksud bagan tersebut di depan guru atau kelompok yang lain. Kemudian kumpulkan
tugas kepada guru.
Telisik
= 2 2
2
+ 5
= 2
2
+ --
9
+ -
+ --
9
Prinsip Hereditas
131
sortment of Genes
). Hukum ini menyatakan bahwa setiap gen atau sifat
berpasangan secara bebas dengan gen atau sifat lain.
Pada persilangan antara tanaman kapri berbiji bulat warna kuning
homozigot (BBKK) dengan kapri berbiji keriput warna hijau (bbkk),
akan menghasilkan 16 kombinasi genotip keturunan sebanyak 100%
tanaman berbiji bulat dan berwarna kuning. Selanjutnya, apabila
tanam an F1 tersebut disilangkan sesamanya (sama-sama F1), ternyata
pada keturunan kedua (F2), hasilnya : 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat
keriput, 3/16 keriput kunig, dan 1/16 keriput hijau atau rasio F2 = 9
: 3 : 3 : 1.
Agar lebih mengerti, cermatilah contoh persilangan dihibrida berikut.
Persilangan Dihibrida
Generasi 1
P1 Fenotip :
betina (
) jantan (
)
tanaman berbiji bulat X tanaman berbiji keriput
berwarna kuning
berwarna hijau
Genotip : BBKK bbkk
Gamet : BK bk
F1 100% BbKk
Tanaman berbiji bulat, berwarna kuning
Generasi 2
P2 Fenotip : tanaman berbiji bulat, X tanaman berbiji bulat,
berwarna kuning
berwarna kuning
Genotip : BbKk BbKk
Gamet : ¼ BK
(bulat, kuning)
¼ BK
¼ Bk (bulat, hijau) ¼ Bk
¼ bK
(keriput, kuning) ¼ bK
¼ bk
(keriput, hijau) ¼ bk
Catatan
:
pada pembentukan gamet tersebut, terjadi 4 macam
pengelompokan gen. Gen B mengelompok dengan gen K membentuk
gamet BK; gen B mengelompok dengan gen k membentuk gamet Bk;
gen b mengelompok dengan gen K membentuk gamet bK; dan gen b
mengelompok dengan gen k membentuk gamet bk.
F2
Gamet
Gamet
¼ BK
¼ Bk
¼ bK
¼ bk
¼ BK
1/16 BBKK
bulat kuning
1/16 BBKk
bulat kuning
1/16 B
bKK
bulat kuning
1/16 BbKk
bulat kuning
¼ Bk
1/16 BBKk
bulat kuning
1/16 BBkk
bulat hijau
1/16 BbKk
bulat kuning
1/16 Bbkk
bulat hijau
132
Biologi Kelas XII
¼ bK
1/16 BbKK
bulat kuning
1/16 BbKk
bulat kuning
1/16 bbKK
keriput kuning
1/16 bbKk
keriput kuning
¼ bk
1/16 BbKk
bulat kuning
1/16 Bbkk
bulat hijau
1/16 bbKk
keriput kuning
1/16 bbkk
keriput hijau
Rasio fenotip (F2)
bulat kuning : bulat hijau
: keriput kuning : keriput hijau
9/16 : 3/16 : 3/16 : 1/16
Atau
9 :
3 : 3
: 1
a. Macam Gamet dan Macam Fenotip dari Persilangan
Di dalam contoh persilangan monohibrida, dapat diketahui bah-
wa gamet yang terbentuk pada F1 ada dua macam dan fenotip yang
terbentuk pada F2 ada dua macam. Sementara pada perbandingan
dihibrida, dapat diketahui bahwa gamet yang terbentuk pada F1 ada
empat macam dan fenotip yang terbentuk juga empat macam, dengan
perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Untuk persilangan trihibrida, tetrahibrida
dan seterusnya, dapat ditentukan dengan metode segitiga pascal, seperti
pada tabel berikut.
Tabel 5.2. Hubungan Jumlah Sifat Beda dengan Banyaknya Macam
Gamet pada F1 dan Perbandingan Fenotip pada F2
Jumlah
sifat beda
Kemungkinan
macam Fenotip
Macam
gamet
Perbandingan Fenotip
pada F2
1
1 1
2
3 : 1
2
1 2 1
4
9 : 3 : 3: 1
3
1 3 3 1
8
27 : 9 : 9 : 9 : 3 : 3 :3 : 1
4
1 4 6 4 1
16
81 : 27 : 27 : 27 : 27 : 9 : 9 : 9
: 9 : 9 : 9 : 3 : 3 : 3 : 3 : 1
5
1 5 10 10 5 1
32
243, dan seterusnya
n
dan seterusnya
2n
3n dan seterusnya
b. Persilangan Resiprok
Sebagaimana telah kalian ketahui, dalam persilangan
tumbuhan diperlukan gamet jantan (serbuk sari) dan gamet betina
(putik). Dalam persilangan antara ercis berbuah hijau dengan ercis
Suryo, Genetika Manusia, hlm. 29 (dengan pengembangan)
Suryo, Genetika Manusia, hlm. 31 (dengan pengembangan)
Prinsip Hereditas
133
berbuah kuning misalnya, serbuk sari diambil dari ercis berbuah
hijau kemudian diserbukkan pada putik tanaman ercis berbuah
kuning. Semua keturunan F1nya berbuah hijau. Keturunan
F2nya menghasilkan ercis berbuah hijau dan kuning dengan
perbandingan 3:1. Demikian halnya jika serbuk sari diambil dari
tanaman ercis berbuah kuning dan diserbukkan pada putik ercis
berbuah hijau, hasil yang diperoleh baik pada F1 maupun F2nya
tetap sama. Persilangan yang merupakan kebalikan dari persilangan
sebelumnya inilah yang disebut
persilangan resiprok
. Oleh karena
itu, baik tanaman yang berfungsi sebagai gamet jantan maupun
sebagai gamet betina, mempunyai kesempatan yang sama di dalam
pewarisan sifat. Berarti, Hukum Mendel I dan II tidak dipengaruhi
oleh asal dari gamet jantan maupun betinanya.
Untuk lebih jelas dalam memahami persilangan resiprok, dapat
dilihat pada contoh persilangan berikut.
Dari hasil tersebut, jelaslah bahwa persilangan resiprok menghasil-
kan keturunan yang sama.
c. Back Cross (Persilangan Balik) dan Test Cross (Uji Silang)
Berikutnya akan kalian pelajari perbedaan antara
back cross
dan
test cross
. Nah, sebelumnya kalian cermati dulu contoh berikut.
Persilangan
Back Cross
P1 Fenotip :
bunga di ketiak batang X
bunga di ujung batang
Genotip :
KK
kk
Gamet :
K
k
F1
Kk (100% bunga di ketiak batang)
Back cross
P2 Fenotip :
bunga di ketiak batang X
bunga di ketiak batang
(homozigot dominan)
Genotip : Kk KK
Gamet : K, k K
F2 KK (bunga letak di ketiak batang) hasil
back cross
100%
Kk (bunga letak di ketiak batang) bunga di ketiak batang
Persilangan resiproknya
P
HH (buah hijau) X
hh (buah kuning)
P
HH (buah hijau) X
hh (buah kuning)
Gamet H h Gamet
H
h
F1 Hh (buah hijau) F1
Hh (buah hijau)
Gamet F1
H
H Gamet F1 H
H
h h
h
h
F2 HH (buah hijau) F2
HH (buah hijau)
Hh (buah hijau)
Hh (buah hijau)
Hh (buah hijau)
Hh (buah hijau)
hh (buah kunng)
hh (buah kuning)
134
Biologi Kelas XII
Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa
back cross
merupa-
kan persilangan antara keturunan F1 yang heterozigot dengan induknya
(baik jantan atau betina) yang homozigot dominan. Pada contoh di
atas, diketahui bahwa dua individu yang mempunyai genotip yang ber-
beda dapat mempunyai fenotip yang sama.
Kemudian, bagaimana dengan test cross, simaklah uraian berikut.
Test cross
adalah persilangan antara hibrid (individu F1) dengan
salah satu induk homozigot resesif. Individu F1 tidak atau belum di-
ketahui genotipnya. Oleh karena itu, uji silang ini bertujuan untuk
menguji ketidakmurnian individu dengan mengetahui perbandingan
fenotip keturunannya. Dengan demikian, dapat diketahui individu
yang diuji adalah heterozigot atau homozigot (galur murni).
Nah, selanjutnya perhatikanlah contoh
test cross
pada monohib-
rida di bawah ini.
1) : Marmot hitam disilangkan dengan induknya yang homozigot re-
sesif (bb), menghasilkan keturunan 50% marmot hitam dan 50%
albino.
P1
:
jantan (___) >< betina bb
Fenotip : Bulat
keriput
Gamet : ..............
b, b
F1
Bb : 50% biji bulat
bb : 50% biji keriput
Berarti individu tersebut bersifat heterozigot (Bb).
2) : Marmot hitam disilangkan dengan induk resesif albino. Ketu-
runannya ternyata 100% bulat.
P1
:
jantan (___) ><
betina bb
Fenotip : Bulat
keriput
Gamet : B
b, b
F1
Bb : 100% biji bulat
Berarti, individu tersebut bersifat homozigot dominan (BB)
d. Sifat Intermedier
Seperti yang telah kalian ketahui sebelumnya bahwa persilangan
satu sifat beda (misalnya, buah bulat dengan buah keriput)
menghasilkan fenotip individu anakannya seperti sifat induknya (bulat
atau keriput saja). Dengan kata lain, tidak dihasilkan individu dengan
fenotip di luar fenotip induknya (tidak dihasilkan fenotip buah kotak
ataupun lonjong). Lain halnya pada tanaman bunga pukul empat
(lihat Gambar 5.3), pada persilangan antara tanaman bunga pukul
empat (
Mirabilis jalapa
) berwarna merah dengan bunga berwarna
putih, dihasilkan individu keturunan dengan bunga berwarna merah
jambu. Warna merah jambu merupakan warna antara merah dan putih
yang disebabkan oleh ekspresi dari alel penentu warna merah dengan
ekspresi dari alel warna putih. Oleh karena itu, kedua alel penentu
sifat beda tersebut dikatakan mempunyai kekuatan yang sama dalam
Gambar 5.3
Bunga pukul empat
(
Mirabilis jalapa
)
www.casafreccia.it
Prinsip Hereditas
135
memengaruhi munculnya sifat. Sifat antara yang diturunkan dari sifat
induk pertama dengan sifat induk ke-2 inilah yang disebut sebagai sifat
intermedier.
3. Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Sebagaimana yang telah kalian pelajari bahwa persilangan
monohibrida menghasilkan perbandingan individu keturunan 3 : 1 atau
1 : 2 : 1, dan persilangan dihibrida menghasilkan individu keturunan
9 : 3 : 3 : 1. Dalam prakteknya, hasil persilangan Mendel dapat
menghasilkan perbandingan individu yang tidak tepat (coba kalian
lihat kembali Tabel 5.1). Pada persilangan dihibrida, dapat dihasilkan
perbandingan yang merupakan variasi dari perbandingan 9 : 3 : 3 : 1
yaitu 12 : 3 : 1; 9 ; 7 atau 15 : 1. Meskipun demikian, perbandingan
tersebut tetap mengikuti aturan Hukum Mendel. Oleh karena itu,
hasil perbandingan tersebut dikatakan sebagai
penyimpangan semu
Hukum Mendel
.
Penyimpangan tersebut terjadi karena adanya beberapa gen yang
saling memengaruhi dalam menghasilkan fenotip. Meskipun demiki-
an, perbandingan fenotip tersebut masih mengikuti prinsip-prinsip
Hukum Mendel. Penyimpangan semu Hukum Mendel tersebut me-
liputi interaksi gen, kriptomeri, polimeri, epistasis-hipostasis, gen-gen
komplementer, gen dominan rangkap dan gen penghambat.
a. Interaksi gen (Interaksi beberapa pasangan gen)
Penelitian tentang adanya interaksi gen ini ditemukan oleh
W
illiam Bateson
(1861-1926) dan
R.C. Punnet
. Pada interaksi
gen ini, suatu sifat tidak ditentukan oleh satu gen tunggal pada
autosom tetapi alel-alel dari gen yang berbeda dapat berinteraksi
atau saling memengaruhi dalam memunculkan sifat fenotip.
Misalnya, pada ayam dijumpai empat macam bentuk pial (jengger),
antara lain: jengger berbentuk ercis atau biji (
pea
) dengan genotip
rrP-; jengger dengan belah atau tunggal (
single
) dengan genotip
rrpp, jengger berbentuk mawar atau gerigi (
rose
) dengan genotip R-
pp, dan jengger berbentuk sumpel (
walnut
), dengan genotip R-P-.
Perhatikan Gambar 5.4.
Pada persilangan ayam berpial
rose
(mawar) dengan ayam berpial
pea
(biji), semua keturunan F1nya berpial
walnut
(sumpel). Agar lebih
memahaminya, perhatikanlah diagram persilangan berikut.
P1
:
RRpp X
rrPP
(
rose
)
(
pea
)
Gamet : R, p
r,P
F1
: RrPp (
walnut
)
P2
:
RrPp
X
RrPp
(
walnut
) (
walnut
)
Gamet : RP, Rp, rP, rp RP, Rp, rP, rp
Gambar 5.4
Empat macam pial
ayam yang berbeda (a)
Walnut
(b)
Pea
, (c)
Rose
, dan (d)
Single
(a)
(b)
(c)
(d)
Galeri
William Bateson
(1861-1926)
adalah seorang profesor dari
Cambridge University dan di
The John Innes Horticultural
Institute. Ia tumbuh di ling-
kungan intelektual. Di bawah
pengaruh Francis Maitland
Balfour, seorang ahli embri-
ologi, ia mendalami zoologi,
dan selanjutnya mempelajari
embriologi selama 2 tahun
di Amerika. Selain itu, Bate-
son juga dikenal sebagai
ilmuwan anti-Darwinian, dan
pandangan-pandangannya
tentang evolusi tercermin
dalam karyanya,
Materials
for the Study of Evolution
(1894)
www.amphilsoc.org
Microsoft Encarta Premium 2006
136
Biologi Kelas XII
F2
:
RP
Rp
rP
rp
RP
RRPP
walnut
RRPp
walnut
RrPP
walnut
RrPp
walnut
Rp
RRPp
walnut
RRpp
rose
RrPp
walnut
RRpp
rose
rP
RrPP
walnut
RrPp
walnut
rrPP
pea
rrPp
pea
rp
RrPp
walnut
Rrpp
rose
rrPp
pea
rrpp
single
Dari persilangan ayam berpial
rose
dan
pea
, dihasilkan fenotip
baru yaitu
walnut
atau sumpel. Apa yang menyebabkan terbentuknya
pial
walnut
? Pial walnut muncul karena interaksi 2 pasang alel (gen)
yang dominan. Sementara itu, persilangan antara sesama ayam berpial
walnut dihasilkan 4 macam pial yaitu
walnut
,
rose
,
pea
, dan 1 pial yang
baru yaitu
single
dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Pial tunggal terjadi
karena adanya 2 pasang alel (gen) yang resesif.
b. Kriptomeri
Kriptos (Yunani) berarti tersembunyi, sehingga
kriptomeri
di-
katakan sebagai gen dominan yang seolah-olah tersembunyi jika berdiri
sendiri dan akan tampak pengaruhnya apabila bersama-sama de ngan
gen dominan yang lainnya. Peristiwa kriptomeri ini pertama kali dite-
mukan oleh
Correns
(Tahun 1912) setelah menyilangkan bunga
Linaria
marocanna
berwarna merah (Aabb), dengan bunga
Linaria maroccana
berwarna putih (aaBB). Keturunan F1nya adalah bunga berwarna ungu
(AaBb) yang berbeda dengan warna dari bunga kedua induknya (yaitu
merah dan putih). Rasio fenotip F2nya adalah 9 ungu: 3 merah: 4 putih.
Lantas dari manakah warna ungu tersebut timbul? Dari hasil pene-
litian plasma sel, ternyata warna merah disebabkan oleh adanya pigmen
antosianin dalam lingkungan asam. Dalam lingkungan basa, pigmen ini
akan memberikan warna ungu. Jika di dalam plasma tidak terdapat pig-
men antosianin, baik di dalam lingkungan asam atau basa, maka akan
terbentuk warna putih. Faktor A, apabila mengandung pigmen anto-
sianin dalam plasma sel dan faktor a jika tidak ada antosianin dalam
plasma sel. Faktor B, apabila kondisi basa dan b dalam kondisi asam.
Sifat A dominan terhadap a dan sifat B dominan terhadap sifat b. Oleh
karena itu, tanaman yang berbunga merah disimbolkan dengan Aabb
atau AAbb, sedangkan tanaman yang berbunga putih disimbolkan de-
ngan aaBB atau aabb.
Gambar 5.5
Linaria maroccana
Microsoft Encarta Premium 2006
Prinsip Hereditas
137
Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa bunga merah me-
miliki antosianin di mana dalam lingkungan plasma sel bersifat asam.
Sedangkan bunga putih tidak memiliki antosianin di mana lingkungan
plasma sel bersifat basa. Apabila kedua tanaman tersebut saling disi-
langkan, dapat dilihat pada diagram berikut.
P1
:
AAbb X
aaBB
(merah)
(putih)
Gamet : A,b
a,B
F1
: AaBb (Warna ungu)
P2
:
AaBb X
AaBb
(ungu)
(ungu)
Gamet : AB, Ab, aB, ab
AB, Ab, aB, ab
F2
:
AB
Ab
aB
ab
AB
AABB
ungu 1
AAB
b
ungu 2
AaBB
ungu 3
AaBb
ungu 4
Ab
AABb
ungu 5
AAbb
merah 6
AaBb
ungu 7
Aabb
merah 8
aB
AaBB
ungu 9
AaBb
ungu 10
aaBB
putih 11
aaBb
putih 12
ab
AaBb
ungu 13
Aabb
merah 14
aaBb
putih 15
aabb
Putih 16
c. Polimeri
Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan tentang kriptomeri. Se-
lanjutnya, kalian akan mempelajari tentang polimeri. Apakah perbe-
daan antara keduanya? Untuk dapat menjawabnya, simaklah uraian
berikut.
Polimeri
atau karakter kuantitatif adalah persilangan heterozigot
dengan banyak sifat beda yang berdiri sendiri, tetapi memengaruhi ba-
gian yang sama dari suatu organisme. Peristiwa polimeri ditemukan
oleh
Lars Frederik Nelson
dan
Ehle
, setelah melakukan percobaan
dengan menyilangkan gandum berbiji merah dengan gandum berbiji
putih. Persilangan itu menghasilkan keturunan heterozigot berwarna
merah lebih muda bila dibandingkan dengan induknya yang homozigot
(merah). Oleh karena itu, biji merah bersifat dominan tidak sempurna
terhadap warna putih. Setelah generasi F1 disilangkan sesama, pada
generasi F2 diperoleh perbandingan fenotip 3 merah : 1 putih.
Supaya kalian lebih memahami, cermatilah contoh berikut.
Gandum berbiji merah : M1M1M2M2
Gandum berbiji putih : m1m1m2m2
138
Biologi Kelas XII
P1
:
M1M1M2M2
X
m1m1m2m2
(merah)
(putih)
Gamet : M1M2 m1m2
F1
: M1m1M2m2 = merah
P2
:
M1m1M2m2 X
M1m1M2m2
(merah)
(merah)
Gamet : M1M2,M1m2, M1M2, M1m2,
m1M2, m1m2 m1M2, m1m2
Generasi F2 :
M
1
M
2
M
1
m
2
m
1
M
2
m
1
m
2
M
1
M
2
M
1
M
1
M
2
M
2
Merah tua
M
1
M
1
M
2
m
2
Merah sedang
M
1
m
1
M
2
M
2
Merah sedang
M
1
m
1
M
2
m
2
Merah muda
M
1
m
2
M
1
M
1
M
2
m
2
Merah sedang
M
1
M
1
m
2
m
2
Merah muda
M
1
m
1
M
2
m
2
Merah muda
M
1
m
1
m
2
m
2
Merah muda
sekali
m
1
M
2
M
1
m
1
M
2
M
2
Merah sedang
M
1
m
1
M
2
m
2
Merah muda
m
1
m
1
M
2
M
2
merah muda
m
1
m
1
M
2
m
2
merah muda
sekali
m
1
m
2
M
1
m
1
M
2
m
2
Merah muda
M
1
m
1
m
2
m
2
Merah muda
sekali
m
1
m
1
M
2
m
2
merah muda
sekali
m
1
m
1
m
2
m
2
putih
Rasio fenotip F2 adalah 15 merah : 1 putih
Dari hasil keturunan pada diagram di atas, banyaknya jumlah fak-
tor M memengaruhi warna bijinya. Semakin banyak faktor M yang
ada, warnanya semakin tua atau semakin gelap.
Kapankah peristiwa polimeri dapat terjadi? Peristiwa ini terjadi
pada pewarisan, warna kulit manusia. Warna kulit disebabkan oleh zat
warna kulit (pigmen). Jika faktor pigmen kulit manusia dilambangkan
dengan P, genotip orang berkulit putih p1p1 p2p2 p3p3.
Apabila pria kulit putih menikah dengan wanita kulit hitam (ne-
gro), maka keturunan F1 akan mempunyai kulit mulad (coklat sawo
matang), yang berfenotip P1p1P2p2P3p3. Derajat kehitaman kulit
bergantung pada banyaknya faktor pigmen P.
d. Epistasis-hipostasis
Kalian tentunya masih ingat tentang istilah epikotil (epi = di atas)
dan hipokotil (hipo = di bawah) bukan? Istilah tersebut dapat dianalog-
kan dengan epistasis dan hipostasis. Dalam hal ini, epistasis adalah se-
buah atau sepasang gen yang menutupi atau mengalahkan ekspresi gen
lain yang tidak selokus (sealel). Bagaimana dengan Hipostasis? Hipos-
Prinsip Hereditas
139
tasis adalah gen yang tertutupi oleh sebuah atau sepasang gen lain yang
tidak selokus (yang bukan alelnya).
Epistasis dibedakan menjadi tiga, yaitu epistasis dominan, epistasis
resesif, dan epistasis dominan resesif. Nah, agar kalian lebih memahami
perbedaannya, perhatikanlah contoh berikut.
1) Epistasis Dominan
Epistasis dominan terjadi pada persilangan umbi lapis bawang ber-
warna merah dengan umbi ber
warna kuning. Gen A menyebabkan umbi
berwarna merah dan gen B menyebabkan umbi berwarna kuning.
Persilangan tersebut dapat dilihat di bawah ini.
P
aaBB (kuning, homozigot) X
AAbb (merah, homozigot)
Gamet aB Ab
F1 AaBb (merah)
F2
9 A_B_ (merah)
3 A_Bb (merah)
3 aaB_ (kuning)
1 aabb (putih)
Jika dilihat, hasil perbandingan fenotip F2 tersebut adalah 12
merah : 3 kuning : 1 putih. Angka perbandingan tersebut merupakan
variasi atau modifi kasi dari perbandingan dihibrida 9:3:3:1.
Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, dapat disimpulkan
bahwa epistasis dominan terjadi bila sebuah gen dominan mengalah-
kan pengaruh gen lain yang bukan alelnya. Rumusnya adalah gen A
bersifat epistasis terhadap gen B dan b. Oleh karena itu, meskipun
dalam genotip terdapat gen B atau b, gen A tetap menutup ekspresi
dari gen B dan b.
2) Epistasis Resesif
Peristiwa ini terjadi jika gen resesif mengalahkan pengaruh gen
dominan dan r
esesif yang bukan alelnya. Rumusnya adalah gen aa epis-
tasis terhadap B dan b. Pada persilangan antara anjing berambut emas
dan anjing berambut coklat, dihasilkan keturunan F1 berambut hitam.
Beberapa gen yang berperan adalah gen B (menentukan warna hitam),
gen b (menentukan warna coklat), gen E (menentukan keluarnya war-
na), dan gen e (menghambat keluarnya warna). Peristiwa persilangan-
nya dapat dilihat sebagai berikut.
P
BBee (emas)
X
bbEE (coklat)
Gamet
Be
bE
F1 BbEe (hitam)
F2 9 B_E_ (hitam)
3 B_ee (emas)
3 bbE_ (coklat)
1 bbee (emas)
Dari hasil penyilangan tersebut menunjukkan perbandingan feno-
tip 9 hitam: 4 emas: 3 coklat. Oleh karena itu, rumus epistasis resesif
adalah aa epistasis terhadap B dan b. Dalam contoh ini, aa adalah ee
(menghambat keluarnya warna).
12 merah
Gambar 5.6
Anjing dengan
berbagai macam warna bulu
Microsoft Encarta Premium 2006
140
Biologi Kelas XII
3) Epistasis dominan resesif
Epistasis dominan resesif merupakan peristiwa suatu gen meng-
hambat ekspr
esi fenotip yang disebabkan oleh gen mutan yang bukan
alelnya. Gen mutan tersebut bersifat menghambat, sehingga disebut
gen penghalang atau
inhibitor
atau gen suspensor.
Epistasis dominan resesif terjadi pada persilangan lalat buah (
Dros-
sophila melanogaster
). Gen P menentukan warna mata merah, gen p
menentukan warna mata ungu, gen S merupakan gen non-suspensor,
dan s merupakan gen suspensor. Berikut ini peristiwa persilangannya.
P
PPss (merah)
X
ppSS (ungu)
Gamet Ps pS
F1
PpSs
F2
9 P_S_ (merah)
3 P_ss (merah)
3 ppS_ (ungu)
1 ppss (merah)
Perbandingan fenotipnya adalah 13 merah: 3 ungu. Rumus epis-
tasis dominan resesif adalah A epistasis terhadap B dan b serta bb epis-
tasis terhadap A dan a.
e. Gen-gen komplementer.
Berikutnya akan kalian bahas tentang gen-gen komplementer.
Apakah yang dimaksud dengan istilah tersebut? Nah, bacalah dengan
cermat penjelasan berikut.
Gen-gen komplementer merupakan interaksi antara gen-gen domi-
nan yang berbeda, sehingga saling melengkapi. Jika kedua gen tersebut
terdapat bersama-sama dalam genotip, maka akan saling membantu
dalam menentukan fenotip. Jika salah satu gen tidak ada, maka pe-
munculan fenotip menjadi terhalang. Agar lebih jelas, simaklah con-
toh berikut.
Apabila F1 (keturunan pertama) hasil perkawinan 2 orang yang
bisu tuli disilangkan dengan sesamanya, maka generasi atau keturunan
F2 ada yang normal dan bisu tuli.
P1
:
BBtt X
bbTT
(bisu tuli)
(bisu tuli)
Gamet : B, t
b, T
F1
: BbTt (normal)
P2
:
BbTt ><
BbTt
(normal)
(normal)
Gamet : BT, Bt, bT, bt
BT, Bt, bT, bt
BT
Bt
bT
bt
BT
BBTT
normal
BB
Tt
normal
BbTT
normal
BbTt
normal
Prinsip Hereditas
141
Bt
BBTt
normal
BBtt
bisu tuli
BbTt
normal
Bbtt
bisu tuli
bT
BbTT
normal
BbTt
normal
bbTT
bisu tuli
bbTt
bisu tuli
bt
BbTt
normal
Bbtt
bisu tuli
bbTt
bisu tuli
Bbtt
bisu tuli
Dalam hal ini, gen T dan gen B tidak akan menunjukkan sifat
normal apabila kedua gen tersebut tidak terdapat bersama-sama dalam
satu genotip. Dengan demikian, jika hanya terdapat gen T tanpa gen
B, atau jika hanya terdapat gen B tanpa gen T maka akan tetap me-
munculkan sifat bisu tuli. Rasio fenotip F2 yang dihasilkan adalah 9
Normal : 7 bisu tuli.
f. Gen Dominan Rangkap
Masih ingatkah kalian dengan gen dominan? Gen dominan rang-
kap merupakan dua gen dominan yang memengaruhi bagian tubuh
makhluk hidup yang sama. Kedua gen itu berada bersama-sama dan
fenotipnya merupakan gabungan dari kedua sifat gen-gen dominan
tersebut. Perhatikanlah contoh berikut.
Pada persilangan tanaman
Bursa
sp. yang berbuah oval dengan
tanaman
Bursa
sp. yang berbuah segitiga, dihasilkan keturunan per-
tama (F1) yaitu tanaman
Bursa
sp. semua berbentuk oval. Untuk me-
ngetahui hasil keturunan F2, cermatilah diagram di bawah ini:
Diagram pembastaran.
P1
:
AABB X
aabb
(buah segitiga) (buah oval)
Gamet : A, B
a, b
F1
: AaBb 100% buah segitiga
P2
:
AaBb ><
AaBb
(buah segitiga)
(buah segitiga)
Gamet : AB, Ab, aB, ab
AB, Ab, aB, ab
F2 :
AB
Ab
aB
ab
AB
AABB
segitiga
AAB
b
segitiga
AaBB
segitiga
AaBb
segitiga
Ab
AABb
segitiga
AAbb
segitiga
AaBb
segitiga
Aabb
segitiga
aB
AaBb
segitiga
AaBb
segitiga
aaBB
segitiga
aaBb
segitiga
ab
AaBb
segitiga
Aabb
segitiga
aaBb
segitiga
aabb
oval
Rasio Fenotip F2 adalah 15 buah segitiga : 1 buah oval
142
Biologi Kelas XII
g. Atavisme
Sebelum mengetahui tentang peristiwa atavisme, cobalah ingat
kembali tentang interaksi gen pada pial ayam. Pial
walnut
dihasilkan
dari persilangan ayam berpial
rose
dan
pea
. Pial
pea
dikatakan meng-
hilang dan muncul sifat di luar induknya. Setelah ayam berpial walnut
disilangkan sesamanya, dihasilkan 4 macam pial yaitu
rose
,
pea
,
walnut
,
dan
single
. Pada peristiwa ini, pial
rose
dan
pea
muncul kembali setelah
menghilang pada keturunan pertama. Nah, oleh Charles Darwin,
peristiwa munculnya kembali sifat keturunan pada generasi berikutnya
setelah sempat menghilang ini disebut
atavisme
.
Atavisme juga terjadi pada burung merpati (
Columba livia
) India.
Hasil perkawinan antara sesama merpati berekor seperti kipas, akan
menghasilkan merpati berekor lurus. Merpati berekor seperti kipas
muncul kembali setelah perkawinan antara sesama merpati berekor
lurus.
Setelah kalian mempelajari materi tentang Prinsip Hereditas ter-
masuk Hukum Mendel, berbagai contoh persilangan, dan memperhi-
tungkan besarnya rasio genotip dan fenotip, maka untuk mengingat
kembali, kerjakan
Uji Kompetensi
berikut.
Pada subbab sebelumnya, telah dipelajari tentang hereditas pada
tumbuhan dan hewan serta pada manusia. Pada subbab berikut, akan
kalian pelajari lebih khusus lagi tentang pola-pola hereditas pada ma-
nusia.
B. Pola-pola Hereditas
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, peristiwa inheritansi
baik pada hewan, tumbuhan, maupun manusia akan mengikuti pola-
pola hereditas. Kemudian, bagaimanakah sifat individu baru yang akan
Kerjakanlah soal-soal berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan inheritansi?
2.
Jelaskan objek penelitian awal Mendel dan
alasan pemilihan tersebut.
3.
Sebutkan beberapa hipotesis Mendel dalam
menemukan Hukum Mendel I dan II.
4.
Apa yang dimaksud dengan parental, filial 1
dan filial 2?
5.
Bagaimanakah pernyataan Hukum Mendel I?
6.
Bagaimanakah pernyataan Hukum Mendel II?
7.
Apakah perbedaan antara fenotip dan genotip?
8. Jelaskan perbedaan antara persilangan
monohibrida dan dihibrida.
9.
Jelaskan tentang polimeri yang merupakan
bentuk penyimpangan semu Hukum Mendel!
10. Jika seorang ibu bermata hitam dan ber-
ambut keriting dominan homozigot (HHKK)
menikah dengan ayah bermata coklat dan
berambut lurus resesif homozigot (hhkk),
a.
bagaimana perbandingan fenotip
dan genotipnya?
b. bagaimanakah perbandingan feno-
tip dan genotipnya jika ayah ber-
mata coklat dan berambut keriting
heterozigot (hhKk)?
Uji Kompetensi
Prinsip Hereditas
143
dihasilkan tersebut? Berikut akan kalian pelajari tentang pola-pola
hereditas pada pewarisan sifat keturunan.
1. Tautan Autosomal
Bagian kromosom yang berperan dalam peristiwa pewarisan
sifat keturunan adalah gen. Telah kalian pelajari bersama bahwa satu
kromosom dapat mengandung ratusan bahkan ribuan gen. Nah,
kondisi di mana dalam satu kromosom yang sama terdapat dua atau
lebih gen inilah yang disebut
tautan
atau
berangkai
(
linkage
). Gen-
gen yang ber ada pada kondisi tautan ini disebut gen-gen berangkai
(Gambar 5.7). Gen-gen berangkai juga terdapat pada kromosom
seks.
Berdasarkan tempat terdapatnya, kromosom dibedakan menjadi
kromosom autosom (terdapat pada sel-sel tubuh diploid atau sel-sel
somatis) dan kromosom seks atau gonosom (terdapat pada sel-sel
kelamin). Oleh karena itu, tautan gen yang terjadi pada kromosom
autosom disebut
tautan autosomal
. Sementara itu, gen yang terdapat
pada kromosom seks disebut
tautan seks
.
Penemuan adanya tautan gen diawali oleh penelitian Morgan
pada lalat buah (
Drossophila
sp.). Lalat buah dipilih sebagai objek
penelitiannya karena mudah dan cepat berkembang biak, jumlah
kromosomnya hanya 4 pasang (8 kromosom) sehingga kromosomnya
mudah diamati dan dihitung, serta mudah dibedakan antara lalat
jantan dan betina (lalat betina mempunyai ukuran tubuh lebih
besar). Morgan melakukan persilangan dihibrida pada lalat buah,
yaitu antara lalat buah betina (tubuh abu-abu dan sayap normal)
dengan lalat buah jantan (tubuh hitam dan sayap keriput). Simbol
vg+ menunjukkan alel penentu warna tubuh abu-abu, vg sebagai
penentu tubuh hitam, b+ penentu sayap normal, dan b penentu
sayap keriput. Warna tubuh hitam dan sayap keriput menunjukkan
fenotip yang berlawanan (tidak normal) dengan fenotip yang
dimiliki oleh induk betina. Fenotip tersebut dapat terjadi karena
adanya perubahan gen di dalam kromosom (mutasi). Oleh karena
itu, fenotip ini disebut
fenotip mutan
. Perkawinan kedua lalat buah
dengan kedua induk yang memiliki fenotip saling berlawanan tersebut
merupakan peristiwa test cross antara sifat dihibrida dengan resesif
homozigotnya. Dengan demikian, perbandingan fenotip yang akan
dihasilkan adalah 1:1:1:1. Namun, hasil tersebut tidak terjadi pada
persilangan Morgan karena menunjukkan perbandingan jumlah
fenotip yang jauh berbeda (tidak proporsional). Dari hasil tersebut,
Morgan mendapatkan kesimpulan bahwa pewarisan warna tubuh
dan bentuk sayap umumnya terjadi bersama-sama dalam kombinasi
yang spesifi k. Hal ini disebabkan gen-gen penentu kedua sifat atau
fenotip tersebut terdapat pada satu kromosom yang sama sebagai
peristiwa tautan gen.
Gambar 5.7
Gen A tertaut
dengan gen B, pada 1 kromosom
yang sama. Alel-alelnya a
dan b tertaut pada kromosom
homolognya
Thomas Hunt Morgan
(1866-1945), memelopori
penelitian lalat buah (
Dros-
sophila melanogaster
) mulai
tahun 1911. Penelitian terse-
but sangat berharga bagi
perkembangan genetika,
sehingga Morgan menerima
hadiah Nobel pada tahun
1933.
Day, Genetika, hlm. 16
Microsoft Encarta Premium 2006
Galeri
A
B
a
b
sentromer
144
Biologi Kelas XII
Bentuk tautan gen dan persilangan pada lalat buah tersebut dapat
dilihat sebagai berikut:
P
X
F1
Fertilisasi antara gamet jantan dan betina akan terjadi secara
acak. Pada persilangan lalat buah tersebut, terbentuk individu
keturunan de ngan fenotip yang berbeda dengan fenotip dari
kedua induknya. Fenotip pada individu seperti ini disebut
fenotip
rekombinan
(abu-abu, keriput dan hitam, normal), sedangkan
fenotip individu keturunan yang sama dengan yang dimiliki
induk disebut
fenotip induk
(abu-abu, normal dan hitam,
keriput). Individu-individu yang dihasilkan tersebut mengalami
variasi genetik yang disebabkan adanya pindah silang. Peristiwa
pembentukan keturunan melalui kombinasi-kombinasi baru dari
fenotip induknya ini disebut
rekombinasi genetik
.
2. Pindah Silang
Berdasarkan tempat terjadinya, pindah silang dibedakan menjadi
pindah silang tunggal dan pindah silang ganda. Nah, agar lebih jelas-
nya perhatikan peristiwa pindah silang berikut.
a. Pindah silang tunggal
Pindah silang ini hanya terjadi pada satu tempat saja. Hasil dari
pindah silang ini akan membentuk 4 gamet. Gamet tersebut adalah
3
3
3
3
3
3
3
3
9 /
9 /
2
$ 5 B 2%
= B
5 B
= B 2
Gambar 5.8
Peristiwa tautan gen pada lalat buah
3
3
(tubuh abu-abu,
sayap normal)
(tubuh hitam,
sayap keriput)
Kilas
Kalian tentunya masih ingat
istilah pindah silang atau
crossing over
karena peris-
tiwa pindah silang ini telah
kalian pelajari pada Bab IV
Sub Bab Pewarisan Sifat dan
Variasi Genetis. Coba kalian
pelajari kembali peristiwa
pindah silang tersebut.
Pada pindah silang, kroma-
tid-kromatid yang bersilang-
an itu melekat dan putus di
bagian kiasma. Kemudian
setiap potongan tersebut
melekat pada kromatid
sebelahnya secara timbal
balik.
Prinsip Hereditas
145
gamet tipe parental, yaitu gamet yang mempunyai gen-gen seperti in-
duknya dan gamet tipe rekombinasi, yaitu gamet tipe baru hasil pin-
dah silang.
b. Pindah silang ganda
Pindah silang ini terjadi pada 2 tempat (kiasmata). Seperti halnya
pada pindah silang tunggal, pindah silang ganda ini juga menghasilkan
4 kromatid dan 4 gamet.
Pindah silang tersebut terjadi pada individu trihibrid (dengan 3
gen berangkai). Gamet no 1 dan 4 merupakan gamet tipe parental,
sedangkan gamet no 2 dan 3 merupakan gamet tipe rekombinasi.
Dengan dihasilkannya individu-individu tipe parental dan tipe
rekombinasi, maka dapat dihitung besarnya persentase kombinasi baru
yang dihasilkan sebagai akibat terjadinya pindah silang. Nilai ini dise-
but
nilai pindah silang
(NPS).
Rumus perhitungan nilai pindah silang adalah sebagai berikut:
NPS =
Jumlah tipe rekomendasi
J
umlah seluruh individu yang dihasi
ll k a n
X 100%
P
ersentase nilai pindah silang tersebut menunjukkan kekuatan
pindah silang antara gen-gen yang tertaut.
Selanjutnya, untuk lebih memahami tentang peristiwa pindah si-
lang, ikutilah rubrik
Percobaan
berikut ini.
Gambar 5.9
Terjadinya pindah silang ganda
+ -
;
;
E
E
E
E
#
"
#
"
#
"
"
#
#
= 2
;
;
;
;
"
"
#
#
"
#
;
= 2
+ -
;
;
=
2
;
;
E
E
E
E
2
2
#
;
;
;
= 2
Gambar 5.8
Terjadinya pindah silang tunggal
146
Biologi Kelas XII
Percobaan
Menggunakan Imitasi (Tiruan) Tautan dan Pindah Silang
A. Dasar Teori
Peristiwa pindah silang dapat terjadi pada saat meiosis I atau meiosis II selama pembentukan
gamet. Kromatid-kromatid dari pasangan kromosom homolog dapat melakukan pindah silang
ini. Hasil dari pindah silang adalah individu tipe parental dan individu tipe rekombinasi.
B. Tujuan
Menirukan peristiwa tautan dan pindah silang menggunakan lilin.
C. Alat dan Bahan
1. Pensil berwarna
2. Penggaris
3.
Lilin malam yang lembek bermacam warna
D. Langkah Percobaan
1. Bentuklah lilin tersebut menjadi 2 bentuk silinder (bulat panjang) dengan warna yang
sama sebagai 2 kromatid dan 2 silinder lagi dengan warna yang lain, sebagai pasangan
kromatid yang lain.
2.
Berilah tanda lokasi sentromer dengan menggunakan lilin yang warnanya sama dengan
setiap pasang kromatid.
3.
Susun dan nomorilah kromatid-kromatid tersebut seperti pada gambar berikut:
4.
Buatlah gambaran terjadinya pindah silang dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Pindah silang tunggal antara kromatid no 2 dan 3
b. Pindah silang ganda antara kromatid no 2 dan 3, serta kromatid no 2 dan 3
c.
Pindah silang ganda antara kromatid no 2 dan 3, serta kromatid no 3 dan 4
E. Pembahasan
Dari setiap macam pindah silang yang kalian lakukan, gambarlah kromosomnya dan berapa
sajakah persentase setiap tipe gamet yang dihasilkan. Jelaskan maksud nilai dari persentase
tersebut.
Macam pindah silang yang
kalian lakukan
Gambar kromosom pada
gamet yang dihasilkan
Persentase gamet tipe pa-
rental dan rekombinasi
a
b
c
1
2
3
4
Setelah menyelesaikan percobaan pindah silang, berikut ini pola
hereditas selanjutnya.
Prinsip Hereditas
147
3. Tautan Seks
Jumlah kromosom pada manusia, lalat, dan hewan yang lain
tentunya mempunyai perbedaan. Kromosom manusia terdiri dari 23
pasang, berupa 22 pasang kromosom autosom dan 1 pasang kromo-
som kelamin atau gonosom (kromosom X dan kromosom Y). Jagung
mempunyai 10 pasang kromosom, sedangkan lalat buah mempunyai 8
pasang kromosom termasuk kromosom kelamin. Seperti halnya tautan
kromosom, peristiwa tautan seks ini dapat dipelajari juga pada lalat
buah. Tautan seks dibedakan menjadi tautan kromosom X dan tau-
tan kromosom Y. Seperti apakah tautan seks tersebut? Simaklah uraian
berikut ini.
a. Tautan Kromosom X
Tautan kromosom X berarti kromosom X membawa gen yang
dapat diturunkan pada keturunannya baik jantan atau betina. Kromo-
som kelamin pada lalat betina sama seperti pada manusia, yaitu terdiri
dari 2 kromosom X (
XX), sedangkan pada lalat jantan terdiri dari 1
kromosom X dan 1 kromosom Y (
XY). Sebelum mempelajari persi-
langan pada lalat buah, simbol-simbol gen yang digunakan yaitu gen +,
penentu warna mata merah (normal atau
wild type
) dan gen w, penentu
warna mata putih (
white eye
).
Lalat buah betina mata merah homozigot dikawinkan dengan lalat
jantan mata putih, ternyata F1 nya berkelamin jantan dan betina ma-
sing-masing bermata merah. Setelah sesama F1 tersebut dikawinkan,
dihasilkan keturunan F2 sebanyak 2 lalat buah betina bermata merah
dan 2 lalat buah jantan masing-masing bermata merah dan putih. Un-
tuk lebih jelasnya, berikut ini adalah diagram persilangannya:
P1
X
+
X
+
X
X
w
Y
(mata merah)
(mata putih)
Gamet X
+
X
w
dan Y
F1
X
+
X
w
(betina, mata merah)
X
+
Y (jantan, mata merah)
P2
X
+
X
w
X
X
+
Y
Gamet X
+
dan X
w
X
+
dan Y
F2
X
+
X
+
(betina, mata merah)
X
w
X
+
(betina, mata merah)
X
+
Y (jantan, mata merah)
X
w
Y (jantan, mata putih)
Pada persilangan ini, gen penentu warna mata hanya dibawa oleh
kromosom X saja (baik kromosom pada kelamin jantan atau betina).
Hasil persilangan tersebut menunjukkan bahwa warna merah dominan
terhadap warna putih dan gen dominan (+) terangkai pada kromosom
X. Beberapa contoh gen yang hanya terdapat pada kromosom X adalah
gen penentu warna bulu pada burung, gen penentu warna rambut
148
Biologi Kelas XII
pada kucing, gen penentu kelainan buta warna,
anodontia
, dan hemo-
fi lia. Kelainan-kelainan tersebut akan dibahas pada subbab Hereditas
Pada Manusia.
b. Tautan Kromosom Y
Seperti halnya tautan kromosom X, tautan kromosom Y berarti
bahwa pada kromosom Y terdapat gen yang hanya diturunkan pada
keturunan laki-laki atau jantan saja. Oleh karena itu, jika gen dominan
terdapat pada kromosom Y, maka setiap keturunan jantan atau laki-
laki akan mewarisi sifat dominan tersebut. Pewarisan sifat ini disebut
holandrik
. Gen pada kromosom Y dapat berangkai, demikian juga
pada kromosom X. Beberapa contoh gen yang hanya terdapat pada
kromosom Y adalah gen penentu jari-jari berselaput, gen penentu
tumbuhnya rambut pada telinga, serta gen penentu tumbuhnya ram-
but panjang dan kaku pada manusia yang juga akan dibahas pada sub-
bab Hereditas Pada Manusia.
Sebelum kalian mempelajari tentang determinasi seks, ikutilah ru-
brik
Diskusi
berikut ini.
Nah, setelah kalian memahami tentang tautan seks dan tautan gen
melalui rubrik
Diskusi
, berikut ini akan kalian pelajari tentang deter-
minasi seks.
4. Determinasi Seks
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa jumlah kromosom pada tum-
buhan, hewan, dan manusia mempunyai perbedaan. Perbedaan ini
juga terjadi pada susunan kromosom kelamin atau kromosom seks
pada tumbuhan, hewan, dan manusia tersebut.
Susunan kromosom pada jenis kelamin jantan atau pria tentunya
berbeda dengan jenis kelamin betina atau wanita. Perbedaan ini dapat
disebabkan oleh 2 faktor. Faktor yang pertama adalah faktor lingkung-
an, di mana individu keturunan jantan maupun betina yang dihasilkan
melalui fertilisasi dapat dipengaruhi oleh faktor fi siologi induknya. Jika
produksi dan peredaran atau kadar hormon kelamin dalam tubuh tidak
seimbang, maka pernyataan fenotip tentang jenis kelaminnya dapat
berubah. Akibatnya, watak kelaminnya juga mengalami perubahan.
Faktor kedua adalah faktor genetik. Secara umum, faktor genetiklah
yang paling menentukan jenis kelamin suatu individu. Komposisi kro-
mosom dapat memengaruhi perbedaan jenis kelamin.
Dari uraian tentang tautan seks tersebut, tentunya kalian akan dapat membedakan istilah tautan seks
dengan tautan gen. Diskusikan perbedaan istilah tautan gen dan tautan seks tersebut dengan teman
kalian. Jika gen resesif penentu sifat hanya terdapat pada kromosom Y, dan terjadi perkawinan dengan
wanita dominan homozigot, mungkinkah sifat dari gen kromosom Y tersebut diturunkan pada keturunannya
yang betina atau wanita? Diskusikan selengkap mungkin, selanjutnya koreksikanlah hasil diskusi tersebut
kepada guru kalian.
Diskusi
Prinsip Hereditas
149
Pada tahun 1891, seorang biolog Jerman bernama
H. Henking
yang sedang melakukan penelitian tentang spermatogenesis, mengamati
adanya struktur tertentu pada nukleus spermatozoa serangga. Henking
menyebut struktur tersebut sebagai “badan X” kemudian membedakan
antara spermatozoa berbadan X dengan spermatozoa tanpa badan X.
Pembuktian hal tersebut dilakukan pada tahun 1902 oleh
Mc Clung
.
Clung tidak menemukan adanya badan X tersebut pada sel telur belalang
betina. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa badan X memiliki hubung-
an dengan jenis kelamin. Setelah penelitian dilanjutkan oleh
Wilson
dan
Steven
, dinamakanlah badan X tersebut sebagai kromosom X.
Berikut ini akan kalian pelajari tentang tipe-tipe penentuan jenis
kelamin (determinasi seks) yang telah dikenal pada hewan, tumbuhan,
dan manusia.
a. Tipe XY
Tipe penentuan seks ini dapat dijumpai pada lalat buah, manusia,
tumbuh-tumbuhan berumah dua, dan pada hewan menyusui.
Pada nukleus lalat buah terdapat 8 buah kromosom (4 pasang)
yang terdiri dari 3 pasang kromosom tubuh (autosom) dan 1 pasang
kromosom seks. (perhatikan Gambar 5.10). Kromosom seks pada lalat
betina mempunyai 2 kromosom X (bentuknya batang lurus), sedang-
kan pada lalat jantan terdiri dari kromosom X dan kromosom Y (lebih
pendek dari kromosom X dan salah satu ujungnya membengkok). For-
mula kromosom lalat buah betina adalah 8,XX (3 pasang kromosom
atau 6 buah autosom + 1 pasang kromosom X), sedangkan lalat buah
jantan adalah 8,XY (3 pasang kromosom autosom + 1 kromosom X +
1 kromosom Y).
Sebelum melanjutkan materi ini lebih lanjut, ikutilah rubrik
Dis-
kusi
berikut.
Jumlah kromosom pada manusia adalah 46 buah (23 pasang).
Pada wanita, terdapat 22 pasang autosom dan 1 pasang kromosom
X (46,XX), sedangkan pada laki-laki terdapat 22 pasang autosom, 1
kromosom X, dan 1 kromosom Y (46,XY). Pada gametogenesis, di-
hasilkan ovum (sel telur) haploid sehingga mengandung 22 autosom
(11 pasang) dan 1 kromosom X. Pada spermatogenesis dihasilkan
spermatozoa yang mengandung 22 autosom dan 1 kromosom X serta
spermatozoa yang mengandung 22 autosom dan 1 kromosom Y. Lalu,
bagaimanakah terjadinya pembentukan jenis kelamin laki-laki atau
perempuan? Hal ini dapat kalian lihat pada skema pembentukan jenis
kelamin (perhatikan Gambar 5.11).
Gambar 5.10
Susunan
kromosom pada nukleus lalat
buah.
F
F
F
G
2
Jumlah wanita dan pria pada suatu tempat tentunya berbeda-beda. Menurut kalian, mengapa hal itu
terjadi? Jelaskan argumen kalian berdasarkan aspek biologis (sifat-sifat sperma atau ovum), agama,
geografi, dan juga aspek fisiologi (misalnya umur). Kalian dapat mencari literatur yang mendukung
argumen tersebut. Diskusikanlah bersama teman kelompok kalian dan presentasikan di depan gurumu.
Diskusi
Suryo, Genetika, hlm. 165
150
Biologi Kelas XII
Selain pada manusia dan lalat, hewan
menyusui mempunyai sistem kelamin XY
(jantan) dan XY (betina). Demikian juga
pada tumbuhan berumah dua (tumbuhan
yang satu sebagai tumbuhan betina dan
yang satu sebagai tumbuhan jantan), misal-
nya salak (
Salacca edulis
).
b. Tipe XO
Tipe XO ini dijumpai pada serangga
seperti belalang (Ordo Orthoptera) dan
kepik (Ordo Hemiptera). Pada belalang ti-
dak dijumpai adanya kromosom Y sehingga
hanya mempunyai kromosom X saja. Oleh karena itu, belalang jantan
bertipe XO dan belalang betina bertipe XX (mempunyai sepasang kro-
mosom X).
c. Tipe ZW
Tipe ini dijumpai pada serangga (kupu-kupu), beberapa jenis ikan
dan reptil. Berbeda dengan tipe seks pada manusia dan lalat buah yang
homogametik
(terdiri dari kromosom kelamin yang sama) pada betina
atau wanita, tipe seks ZW pada betina bersifat
heterogametik
(terdiri
dari kromosom kelamin yang berbeda). Agar tidak terjadi kekeliruan
dengan tipe penentuan kelamin XY, maka digunakan Z dan W. Oleh
karena itu, yang betina mempunyai tipe ZW (atau XY) dan yang jan-
tan mempunyai tipe ZZ (atau XX).
d. Tipe ZO
Tipe ZO dijumpai pada unggas seperti ayam dan itik. Unggas
betina juga bersifat heterogametik, yaitu hanya mempunyai satu kro-
mosom X saja, sehingga tipenya adalah ZO atau XO. Unggas jantan
bersifat homogametik, sehingga tipenya adalah ZZ atau XX.
5. Gen Letal
Individu baru yang dihasilkan dari perkawinan induk tidak selalu
berada dalam keadaan hidup. Secara genetik, hal ini dapat disebabkan
oleh adanya
gen letal,
yaitu gen yang jika berada dalam keadaan ho-
mozigotik, ia dapat menyebabkan kematian individu. Oleh karena itu,
adanya gen letal menyebabkan perbandingan fenotip keturunan yang
dihasilkan akan menyimpang dari Hukum Mendel.
Dengan adanya gen letal, fungsi gen akan mengalami gangguan
dalam menumbuhkan sifat atau fenotip. Adanya gen letal ini dapat
disebabkan oleh mutasi (akan dibahas pada bab berikutnya). Gen le-
tal akan berpengaruh atau dapat menyebabkan kematian saat individu
masih berada dalam tahap embrio, pada saat kelahiran individu, atau
setelah individu berkembang dewasa.
Gambar 5.11
Skema
pembentukan jenis kelamin
F
G
F
G
G
F
F
F
F
F
F
6
F
2 52
Prinsip Hereditas
151
Lalu, gen apa sajakah yang dapat menyebabkan kematian terse-
but? Gen letal dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu gen dominan
letal dan gen resesif.
a. Gen dominan letal
Gen
dominan letal
adalah gen dominan yang dapat menyebabkan
kematian jika bersifat homozigotik. Contoh adanya gen dominan le-
tal ini terdapat pada ayam “Creeper” (ayam redep), tikus kuning, dan
manusia.
Jika ayam redep (ayam yang bertubuh normal, tetapi kakinya
pendek) heterozigotik dikawinkan dengan sesamanya, maka akan di-
hasilkan keturunan ayam letal, ayam redep, dan ayam normal. Gen C
sebagai penentu ayam redep dan gen c sebagai penentu ayam normal.
Hal ini dapat dilihat pada persilangan berikut.
P
Cc X P
Cc
(ayam redep)
(ayam redep)
Gamet
C dan c
C dan c
F1 CC = letal 1
Cc = redep
Cc = redep
cc = normal 1
Berdasarkan Hukum Mendel, perbandingan fenotip yang diharap-
kan adalah 3 : 1. Dengan adanya gen letal yaitu gen dominan C yang
homozigotik (CC), maka terjadi penyimpangan perbandingan fenotip
menjadi 2 redep : 1 normal. Gen letal tersebut menyebabkan ayam
mati dalam keadaan embrio.
Pada manusia, gen dominan letal dapat menyebabkan
Th
allase-
mia
, yaitu kelainan akibat rusak atau pecahnya (hemolisis) eritrosit,
dengan ciri-ciri: ukuran eritrosit kecil berbentuk lonjong (tidak bulat
bikonkaf ), jumlahnya melebihi normal, dan daya ikat terhadap oksi-
gen rendah. Th allasemia dibedakan menjadi dua, yakni:
a). Th
allasemia
Mayor
Th
allasemia mayor merupakan thallasemia yang parah, sehingga
menyebabkan kematian saat bayi. Th allasemia mayor disebabkan gen
dominan homozigot (Th
Th
).
b). Th
allasemia
Minor
Pada thallasemia minor ini, terjadi sedikit kerusakan pada eritrosit
atau penderita hanya mengalami anemia (kekurangan darah). P
ende-
rita biasanya masih dapat hidup, meskipun mengalami anemia. Th
alla-
semia minor disebabkan oleh gen heterozigot (Th th). Oleh karena itu,
orang yang normal mempunyai genotip resesif homozigot (thth).
b. Gen resesif letal
Gen resesif letal adalah gen resesif yang menyebabkan kematian
jika dalam keadaan homozigot. Gen ini dijumpai pada tanaman jagung,
yaitu gen G sebagai pembentuk klorofi
l dan gen g yang menyebabkan
tidak terbentuknya klorofi l jika bersifat homozigotik.
2
152
Biologi Kelas XII
Persilangan antara sesama tanaman jagung berdaun hijau hetero-
zigotik dapat dilihat sebagai berikut.
P
Gg X P
Gg
(hijau)
(hijau)
Gamet G dan g G dan g
F1 GG = hijau
Gg = hijau
Gg = hijau
gg = putih atau albino (letal)
Pada persilangan tanaman jagung tersebut, diketahui perbanding-
an fenotip yang dihasilkan semula adalah 75% berdaun hijau : 25%
berdaun putih. Tanaman berdaun hijau dapat menjalankan proses fo-
tosintesis serta dapat menyerap zat makanan dengan akarnya. Namun,
tanaman berdaun putih dengan akar yang belum sempurna hanya
mampu bertahan selama 14 hari saja, yaitu dengan menerima makanan
dari endospermnya (putih lembaga). Tanaman putih tidak dapat berfo-
tosintesis karena tidak memiliki klorofi l pada daunnya. Setelah 14 hari,
tanaman tersebut segera mati. Oleh karena itu, persilangan dua tanam an
monohibrida tersebut tidak menghasilkan perbandingan fenotip 3 : 1,
tetapi terjadi penyimpangan yaitu menjadi 3 : 0.
Selain pada jagung, contoh gen resesif letal antara lain: gen pe-
nyebab perlekatan paru-paru sehingga bayi mati saat dilahirkan, gen
penyebab bentuk tulang rawan tidak normal (salah), penyebab mencit
berekor pendek, lalat buah bermata bintang, dan gen penyebab ke-
lainan darah (
Sicklemia
).
Sicklemia pada manusia atau
sickle cell
merupakan keadaan pada
seseorang yang mempunyai eritrosit berbentuk bulan sabit. Hal ini
menyebabkan terganggunya peredaran darah. Gen penyebab sickle-
mia adalah gen resesif homozigot yang bersifat letal (ss). Sementara
itu, pada orang normal dapat mempunyai genotip SS (dominan ho-
mozigot) atau heterozigot (Ss).
6. Non-disjunction
Sebelum kalian mempelajari lebih lanjut tentang gagal berpisah
ini, ada beberapa hipotesis tentang hubungan (korelasi) pemindahan
kromosom dengan gen, antara lain: pertama, pada sel somatik (sel-
sel tubuh) terdapat 2 kelompok kromosom yang identik (homolog),
yang satu berasal dari induk jantan dan satu lagi dari induk betina.
Terdapatnya kromosom-kromosom dalam pasangan-pasangan kro-
mosom yang tidak identik adalah sejajar dengan terdapatnya gen-gen
dalam pasangan; kedua, kromosom-kromosom tetap mempunyai sifat
morfologi yang sama sepanjang berbagai pembelahan sel. Demikian
pula gen-gen akan menunjukkan kontinuitas yang sama; ketiga, setiap
kromosom atau setiap pasang kromosom mempunyai peranan tertentu
dalam kehidupan dan perkembangan individu; dan keempat, selama
3
Prinsip Hereditas
153
meiosis, kromosom-kromosom homolog berpasangan dan kemudian
anggota dari pasangan kromosom tersebut memisah secara bebas ke
sel-sel kelamin. Gen-gen juga memisah secara bebas sebelum terben-
tuknya gamet.
Nah, pada uraian ini, kalian akan menemukan peristiwa yang ti-
dak mengikuti hipotesis yang terakhir tersebut. Selama pembentukan
individu keturunan, dapat terjadi beberapa kemungkinan peristiwa
yang tidak berjalan normal. Salah satu dari peristiwa tersebut adalah
peristiwa gagalnya pemisahan kromosom pada saat meiosis (pemben-
tukan gamet) dan disebut gagal berpisah atau
non-disjunction
. Gagal
berpisah dapat terjadi pada peristiwa meiosis yaitu pada anafase I atau
pada anafase II sehingga pasangan kromatid tidak dapat memisahkan
diri. Peristiwa gagal berpisah tersebut menyebabkan terjadinya peruba-
han jumlah kromosom pada individu keturunannya (berkurang atau
bertambah), baik pada kromosom seks maupun autosom.
Hal-hal apa sajakah yang menyebabkan gagal berpisah? Gagal
berpisah tersebut kemungkinan dapat disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu:
a. Adanya virus atau kerusakan akibat radiasi. Pengaruh ini akan
mudah terlihat pada wanita yang telah berumur tua.
b. Kandungan antibodi tiroid yang tinggi
c. Sel telur dalam saluran telur yang tidak segera dibuahi akan men-
galami kemunduran. Oleh karena itu, risiko melahirkan anak yang
cacat akan dialami oleh wanita berumur lebih dari 25 tahun.
Gambar 5.12
a. Gagal berpisah saat meiosis I (Anafase I), b. Gagal berpisah saat
meiosis II (Anafase II)
0 2 2
-
9
3
3
5
5
3
5
9
9 2 =
2 --
0 2 2
--
9 2 =
2 -
154
Biologi Kelas XII
Setelah kalian mempelajari pola-pola hereditas, untuk menguji ke-
mampuan kalian, kerjakanlah
Uji Kompetensi
berikut.
Nah, setelah kalian mempelajari pola-pola hereditas, berikut akan
kalian pelajari tentang hereditas khusus pada manusia.
C. Hereditas pada Manusia
Kalian telah mengetahui bersama bahwa manusia satu dengan ma-
nusia lainnya di dunia ini tentunya tidak ada yang sama persis (benar-
benar identik). Penyebabnya ialah adanya materi genetik yang mem-
punyai sifat-sifat berbeda antarindividu. Dalam ilmu tentang materi
genetik (genetika), telah banyak dipelajari tentang peristiwa penurunan
sifat, baik pada tumbuhan, hewan, maupun manusia. Di antara objek
yang dipelajari dalam genetika tersebut, genetika manusia paling lam-
bat perkembangannya dibandingkan pada hewan dan tumbuhan. Be-
berapa hambatan yang menyebabkan lambatnya perkembangan terse-
but, antara lain: sulitnya mencari objek (manusia) untuk penelitian,
sulitnya mengarahkan manusia dalam mencapai tujuan atau keinginan
peneliti, sulitnya mengamati perkembangan sifat manusia yang menga-
rah pada tujuan peneliti, keturunan manusia yang relatif lebih sedikit
dibandingkan hewan dan tumbuhan karena umur atau siklus hidup
manusia lebih panjang, serta lingkungan manusia yang tidak mudah
bahkan tidak dapat dikontrol.
Setelah kalian mengetahui adanya beberapa hambatan dalam
perkembangan genetika manusia, bagaimanakah cara yang dilakukan
untuk mengatasi hambatan tersebut? Cara-cara untuk mengatasi ma-
salah tersebut dapat dilakukan dengan membuat peta silsilah keluarga
atau keturunan (
pedegree chart
) dan menerapkan hasil percobaan he-
wan pada manusia. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan mempela-
jari adanya fenomena-fenomena pada manusia seperti munculnya anak
kembar hasil perkawinan.
Kalian tentunya mengetahui hal apa saja yang diwariskan pada
manusia, bukan? Ya, sifat-sifat pada manusia yang dapat diwariskan
1. Jelaskan perbedaan antara autosom dan
gonosom.
2. Apa yang dimaksud dengan rekombinasi
gen etik?
3. Jelaskan perbedaan fenotip rekombinan
dengan fenotip induk.
4.
Apa yang dimaksud dengan pindah silang?
Sebutkan macamnya.
5.
Jelaskan tentang nilai pindah silang (NPS).
6.
Apa yang dimaksud dengan gamet tipe
parental dan gamet tipe rekombinasi?
7. Jelaskan apa perbedaan antara tautan
dan taut an seks.
8. Apa pengertian
non-disjunction
?
9.
Sebutkan dan berilah contoh tipe-tipe de-
terminasi seks.
10. Sebutkan macam-macam gen letal, dan
berilah contohnya masing-masing.
Uji Kompetensi
Galeri
Frekuensi Kelahiran
Anak Kembar
Frekuensi kelahiran anak
kembar tertinggi se-Eropa
adalah di Irlandia. Sebagian
besar dilahirkan oleh wanita
yang sudah tua, yaitu 14
pasang untuk setiap 1000
kelahiran. Sementara itu,
frekuensi kelahiran anak
kembar di Asia dan Jepang
sangat rendah, rata-rata
hanya 1 pasang untuk 160
kelahiran.
Suryo, Genetika Manusia, hlm. 433
Prinsip Hereditas
155
meliputi: jenis kelamin, kelainan atau cacat menurun, dan golongan
darah. Selain itu, ada juga ekspresi gen-gen (genotip) yang ditentukan
oleh jenis kelamin. Peristiwa pembentukan jenis kelamin pada manusia
telah kalian pelajari sebelumnya. Oleh karena itu, pada uraian berikut
akan kalian pelajari tentang tiga hal yang diwariskan pada manusia.
1. Kelainan atau Cacat Menurun
Pewarisan sifat pada manusia terhadap keturunannya mengikuti
pola-pola tertentu. Masih ingatkah kalian dengan istilah autosom dan
gonosom? Cobalah ingat kembali.
Setelah kalian ingat istilah autosom dan gonosom, ikutilah rubrik
Diskusi
ini, sebelum melanjutkan ke pembahasan tentang cacat atau
kelainan menurun.
Sifat-sifat yang diturunkan pada anak-anak yang dilahirkan be-
lum tentu sesuai dengan harapan orang tua. Ada beberapa individu
keturunan yang bersifat normal sebagaimana harapan orang tua pada
umum nya, ada pula beberapa keturunan yang mempunyai sifat yang
tidak diharapkan oleh orang tuanya, seperti mengalami cacat atau ke-
lainan menurun (sindrom).
Pewarisan sifat pada manusia dapat diturunkan melalui kromosom
seks (kromosom X dan kromosom Y) atau kromosom autosom. Kelain-
an dapat disebabkan oleh gen-gen yang terpaut pada kromosom tubuh
maupun gonosom. Sebelumnya, telah kalian pelajari tautan seks pada
hewan atau tumbuhan. Pada materi ini, kalian akan
mempelajari tautan seks tersebut pada manusia.
a. Kelainan oleh alel resesif dan dominan
autosomal
Kelainan ini diturunkan dari kromosom sel-sel
diploid tubuh. Kelainan ini dapat ditentukan oleh
gen dominan atau resesif pada autosom tersebut.
Oleh karena itu, kelainan ini dapat diturunkan pada ke-
turunan pria atau wanita. Beberapa contoh kelainan yang
terpaut pada autosom manusia adalah sebagai berikut.
1) Albinisma (Albino)
Kelainan ini terjadi karena tubuh seseorang tidak mem-
punyai gen yang mampu membentuk enzim untuk mengubah tir
o-
sin menjadi pigmen melanin (pembentuk warna kulit). Gen tersebut
adalah gen dominan A. Oleh karena itu, orang yang normal akan
Menurut kalian, samakah antara penyakit dengan cacat atau kelainan? Carilah persamaan atau
perbedaannya jika ada, kemudian carilah contoh-contohnya. Diskusikan dengan kelompok kalian serta
koreksikan pada guru kalian.
Diskusi
Gambar 5.13
Skema
perkawinan pembentuk individu
albino.
2
2
$ %
2
$ %
156
Biologi Kelas XII
mempunyai genotip AA atau Aa dan orang albino tidak mempunyai
gen A atau mempunyai genotip aa (resesif homozigot).
Penderita albino mempunyai ciri-ciri yaitu seluruh bagian tubuh-
nya tidak berpigmen. Kulit badan dan matanya berwarna merah jambu
karena warna darah menembus kulit. Oleh karena itu, matanya sangat
sensitif terhadap cahaya. Perhatikan Gambar 5.14.
Pada perkawinan dua orang yang normal, heterozigot dapat meng-
hasilkan keturunan albino. Hal ini disebabkan kedua orang tuanya
mempunyai gen resesif yang akan bergabung membentuk gen resesif
homozigot (aa). Orang tua yang terlihat normal tetapi dapat menu-
runkan albino kepada anaknya ini disebut “
carrier
”.
2) Gangguan Mental
Salah satu contoh bentuk gangguan mental adalah idiot, yang
ditentukan oleh gen r
esesif homozigot (gg) seperti pada albino.
Anak idiot umumnya diturunkan dari kedua orang tua yang
normal heterozigot (Gg). Nah, cobalah kalian buat sendiri skema
perkawinannya. Penderita ini mempunyai ciri-ciri, antara lain:
wajahnya menunjukkan kebodohan, refl ek (daya respon)nya lambat,
kulit dan rambutnya kekurangan pigmen, umumnya tidak berumur
panjang, steril (tidak mampu menghasilkan keturunan atau mandul),
dan jika urinnya ditetesi larutan fenil oksida 5% akan berwarna hijau
kebiruan karena terdapatnya senyawa derivat fenil ketourinarin (FKU).
Senyawa ini tidak ditemukan pada orang normal. Adanya senyawa FKU
ini disebabkan tidak adanya enzim pengubah asam amino fenilalanin
menjadi tirosin.
3) Brachydactily (Brakhidaktili)
Brachydactily adalah keadaan seseorang yang mempunyai jari-
jari pendek atau tidak normal (G
ambar 5.15). Hal ini terjadi karena
pendeknya tulang-tulang pada ujung jari dan tumbuh menjadi satu.
Kelainan ini disebabkan oleh gen dominan B. Orang yang normal akan
mempunyai genotip homozigot resesif (bb). Genotip homozigot domi-
nan (BB) menyebabkan individu letal.
4) Cystinuria (Sistinuria)
Cystinuria adalah keadaan seseorang yang mempunyai kelebihan
asam amino sistein yang sukar lar
ut, diekskresikan dan ditimbun men-
jadi batu ginjal. Kelainan ini disebabkan oleh adanya gen dominan
homozigot (CC).
5) Polydactily (Polidaktili)
Selain ada brakhidaktili, ada juga polidaktili, yaitu keadaan sese-
orang yang mempunyai kelebihan (tambahan) jari pada tangan atau
kaki (G
ambar 5.16). Jadi jumlah jari kaki atau tangannya lebih dari
lima. Polidaktili disebabkan oleh adanya gen dominan homozigot
(PP). Karena itu, genotip orang normal adalah Pp atau pp.
Gambar 5.14
Individu albino.
Gambar 5.15
Brachydactily
Gambar 5.16
Polidaktili pada
kedua tangan
www.albinisme.dk
Suryo, Genetika Manusia, hlm. 138
Suryo, Genetika Manusia, hlm. 103
Prinsip Hereditas
157
b. Kelainan oleh alel resesif pada gonosom X
Alel resesif atau dominan pada kromosom X juga dapat menentu-
kan terjadinya kelainan pada individu keturunan manusia. Pada manu-
sia, telah dikenal lebih dari 150 sifat keturunan yang kemungkinan dise-
babkan oleh gen-gen tertaut kromosom X. Beberapa kelainan, terutama
akibat alel resesif pada kromosom X tersebut adalah:
1) Buta Warna
Buta warna dibedakan menjadi 2 tipe. Yang pertama adalah tipe
pr
otan
, yaitu apabila tidak dapat membedakan warna hijau karena ba-
gian mata yang sensitif terhadap warna hijau tersebut rusak. Kedua
adalah tipe
deutan
, yaitu apabila yang rusak adalah bagian mata yang
sensitif terhadap warna merah. Tipe deutan ini paling sering terjadi.
Buta warna disebabkab oleh gen resesif c (
colour blind
) pada kro-
mosom X. Gen ini tidak dijumpai pada kromosom Y. Oleh karena itu,
wanita dapat mempunyai genotip CC (normal homozigot), Cc (nor-
mal heterozigot), atau cc (buta warna). Sementara itu, pria hanya dapat
mempunyai gen C (normal) atau c (buta warna) saja.
P
X
c
X
c
x
X
C
Y
(buta warna) (normal)
Gamet X
c
X
C
dan Y
F1 50%
X
C
X
c
(normal)
50%
X
c
Y (buta warna)
Dari perkawinan tersebut, tampak bahwa
sifat dari orang tua wani-
ta (buta warna) akan diwariskan pada keturunan pria. Sebaliknya, sifat
dari orang tua pria (normal) akan diwariskan kepada keturunan wanita.
Pewarisan sifat yang bersilang ini merupakan ciri khas pada pewarisan
gen-gen tertaut kromosom X dan disebut
criss-cross inheritance
.
2) Anodontia
Anodontia
mer
upakan kelainan pada seseorang yang tidak mem-
punyai benih gigi pada rahangnya, sehingga gigi tidak dapat tumbuh
selamanya. Kelainan ini banyak ditemukan pada pria. Menurut para
ahli, penderita anodontia juga menunjukkan ciri seperti berambut ja-
rang dan susah berkeringat. Gen resesif penyebab anodontia adalah a,
sehingga pewarisan sifatnya juga seperti pada buta warna.
3) Hemofi
lia
Sebelum ditemukan, penyakit hemofi
lia mula-mula dikenal di
negara-negara Arab. Pada waktu itu, seorang anak mengalami pendarah-
an akibat dikhitan (disunat). Sementara itu, putera mahkota Alfonso
dari Spanyol juga meninggal akibat pendarahan karena kecelakaan.
Selanjutnya, penelitian mendalam tentang hemofi lia juga dilakukan
pada anggota kerajaan Inggris. Ratu Victoria adalah orang yang dike-
nal pertama kali sebagai
carrier
hemofi lia yaitu mempunyai genotip he-
terozigotik (Suryo, 2005). Gen penentu hemofi lia adalah gen resesif h.
Berbeda dengan buta warna dan anodontia, genotip resesif homozigot
pada hemofi lia bersifat letal.
158
Biologi Kelas XII
Hemofi
lia merupakan suatu penyakit keturunan, dengan ciri sul-
litnya darah membeku saat terjadi luka. Waktu yang diperlukan oleh
seorang penderita hemofi lia untuk pembekuan darah adalah 50 menit
hingga 2 jam, sehingga akan menyebabkan perdarahan bahkan kema-
tian. Sementara itu, orang yang normal hanya memerlukan waktu 5-7
menit untuk pembekuan darah.
c. Kelainan oleh alel resesif pada gonosom Y
Karena yang mempunyai kromosom Y hanya pria, maka kelainan
ini hanya dialami oleh pria saja. Agar lebih mudah dalam mempelajari
kelainan oleh alel resesif pada gonosom Y, simak tabel berikut.
Tabel 5.3. Contoh Kelainan oleh Alel Resesif pada Gonosom Y
Kelainan
Alel
resesif
Ciri-ciri
Keterangan
Hypertrichosis
H
Rambut tumbuh
pada bagian-bagian
ter
tentu di tepi
daun telinga.
Sering dijumpai di India
dan Pakistan
Hystrixgravier
Hg
Rambut tumbuh
panjang dan kaku
di permukaan
tubuh menyerupai
duri landak
Pada abad ke-18, pende-
rita (disebut
Porcupine
man
) ini pernah ditemu-
kan. Namun, Penrose dan
stern (1958) tidak begitu
yakin jika kelainan ini
tertaut kromosom Y.
Webtoes
wt
Kulit tumbuh
diantara jari-jari
(terutama kaki)
Kaki atau tangan yang
berselaput ini menyerupai
kaki katak atau burung air.
d. Kelainan oleh aberasi jumlah dan struktur kromosom
autosom
Selain disebabkan oleh adanya gen dominan atau resesif, kelain-
an dapat disebabkan oleh adanya aberasi atau perubahan jumlah dan
struktur kromosom. Aberasi kromosom serta kelainan-kelainannya
akan kalian pelajari lebih lanjut pada pada Bab 6 Mutasi.
2. Golongan Darah
Salah satu aplikasi (manfaat) mempelajari golongan darah sese-
orang adalah untuk transfusi darah. Oleh karena itu, dikenal istilah do-
nor (yang memberikan darah) dan resipien (yang menerima transfusi
darah). Begitu pentingnya darah bagi kehidupan manusia, penelitian
mendalam tentang darah pun kian banyak dilakukan. Dua komponen
penyusun darah adalah sel-sel darah (leukosit dan eritrosit) dan cairan
(plasma). Plasma sendiri, terdiri dari atas fi brinogen (protein untuk
pembekuan darah) dan serum.
Gambar 5.17
Hypertrichosis
Suryo, Genetika Manusia, hlm. 232 (dengan pengembangan)
Prinsip Hereditas
159
Penelitian mengenai penggolongan darah diawali oleh
Dr. Karl
Landsteiner
pada tahun 1901. Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa
di dalam sel darah merah (eritrosit) terdapat suatu substansi asing yaitu
antigen
yang akan bereaksi dengan substansi pada plasma darah yaitu
antibodi
(zat anti). Selanjutnya, penggolongan darah pada manusia ini
didasarkan pada antigen (aglutinogen) yang terdapat di dalam eritrosit.
Pada materi ini akan dipelajari 3 sistem penggolongan darah, yaitu sistem
A, B, O; sistem M, N; dan sistem Rhesus.
a. Sistem A,B,O
Berbeda dengan pewarisan yang telah kalian pelajari sebelumnya,
pewarisan golongan darah ini ditentukan oleh adanya
alel ganda
(be-
berapa alel atau seri alel yang terdapat dalam satu lokus yang sama).
Simbol untuk alel tersebut adalah I (berasal dari kata
isoaglutinin
,
merupakan protein pada permukaan sel eritrosit). Orang yang mam-
pu membentuk aglutinogen A akan mempunyai alel IA, yang mam-
pu membentuk aglutinogen B mempunyai alel I
B
, dan yang mampu
membentuk aglutinogen A dan B mempunyai alel I
A
dan I
B
. Sementara
itu, orang yang tidak mampu membentuk aglutinogen A dan B mem-
punyai alel resesif i. Golongan darah ditentukan oleh adanya interaksi
alel-alel tersebut. Perhatikan Tabel 5.4.
Jika pria bergolongan darah A menikah dengan wanita bergolong-
an darah B, maka kemungkinan golongan darah anak-anak yang dila-
hirkan adalah sebagai berikut:
P
I
A
I
A
x
I
B
I
B
atau I
A
i atau
Gamet I
A
dan i I
B
dan i
F1
25% I
A
I
B
(golongan AB)
25% I
A
i (golongan A)
25% I
B
i (golongan B)
25% ii (golongan O)
b. Sistem M, N
Penggolongan sistem ini ditemukan oleh Landsteiner dan Lavine,
didasarkan pada ada tidaknya antigen M dan N. Jika pada penggolong-
an darah A, B, AB, dan O terdapat antibodi dalam darah seseorang,
Galeri
Karl Landsteiner
(1868-
1943) adalah seorang ahli
patologi berdarah Austria-
Amerika yang lahir di Wina.
Ia mempelajari patologi sejak
1909 hingga 1919 di Universitas
Wina. Landsteiner adalah
anggota The Rockefeller
Institute for Medical Research
(sekarang Universitas
Rockefeller) di New York City
(1922-1939). Klasifikasi modern
atas golongan darah yang
dibangun oleh Landsteiner
membawa ia kepada Hadiah
Nobel dalam bidang fisiologi
atau pengobatan pada tahun
1930.
Microsoft Encarta Premium 2006
Tabel 5.4. Penggolongan Darah Sistem A,B,O dan Alelnya
Golongan darah
(fenotip)
Antigen dalam
eritrosit
Alel dalam kro-
mosom
Genotip
AAI
A
I
A
I
A
atau I
A
i
BBI
B
I
B
I
B
atau I
B
i
AB
A dan B
I
A
dan I
B
I
B
I
A
O- ii
i
Suryo, Genetika Manusia, hlm. 349
160
Biologi Kelas XII
maka pada golongan darah ini darah seseorang tidak mengandung an-
tibodi M atau N. Oleh karena itu, untuk menguji apakah seseorang
mempunyai antingen M atau N atau keduanya digunakan antibodi
dari kucing. Dengan tidak adanya antingen M atau N dalam darah ma-
nusia, maka penggolongan darah dengan sistem ini tidak berpengaruh
atau tidak berperan dalam transfusi darah.
c. Sistem Rhesus
Penemuan sistem ini sejak tahun 1940 oleh Landsteiner dan Wiener.
Berdasarkan ada tidaknya faktor Rh (Rhesus) dalam eritrosit, golongan
darah pada manusia dibedakan menjadi Rh+, yaitu jika mempunyai
antigen Rh dan golongan darah Rh -, jika tidak mempunyai antigen
Rh. Transfusi atau pencampuran darah dengan sistem Rh berbeda dapat
menyebabkan terjadinya penggumpalan akibat ketidaksesuaian Rh yang
disebut incompatibilitas rhesus.
Pada perkawinan antara
pria Rh+ homozigot (I
Rh
I
Rh
)
dengan wanita Rh– ho-
mozigot (I
rh
I
rh
), semua anak
yang dilahirkan akan mem-
punyai Rh+. Fetus dalam tu-
buh ibu akan menerima zat
makanan atau menerima per-
tukaran gas dan air melalui saluran penghubung yang
disebut plasenta (Gambar 5.18). Nah, jika seorang ibu
Rh- mengandung bayi Rh+ maka setelah bayi lahir,
eritrosit-eritrosit bayi yang mengandung antigen Rh
masuk dalam aliran darah ibu. Dengan demikian, da-
rah ibu akan membentuk antibodi. Bayi pertama yang
dilahirkan akan selamat.
Pada kehamilan berikutnya tentu dihasilkan anak
Rh+ lagi, bukan? Karena ibu telah mempunyai anti-Rh,
maka akan beraglutinasi dengan antigen Rh pada bayi
yang dikandungnya. Akibatnya, eritrosit bayi akan ru-
sak dan mengalami kelebihan zat bilirubin yang akan
Gambar 5.18
Aliran darah pada plasenta
plasenta
uterus
aliran darah
ibu
urat darah
umbilikal
fetus
Tabel 5.6. Golongan Darah Sistem Rh
Fenotip
Genotip
Macam gamet
Rh +
I
Rh
I
Rh
,
I
Rh
I
rh
I
Rh
dan I
rh
Rh -
I
rh
I
rh
I
rh
Tabel 5.5. Penggolongan Darah Sistem MN dan Alelnya
Golongan da-
rah (fenotip)
Reaksi terhadap
antibodi (antiserum)
Alel dalam
kromosom
Genotip
Anti-M
Anti-N
M+-L
M
L
M
L
M
N-+L
N
L
N
L
N
MN
+
+
L
M
dan L
N
L
M
L
N
Keterangan
: + = aglutinasi, dan - = tidak aglutinasi
Prinsip Hereditas
161
masuk ke dalam sirkulasi darah ibu.
(perhatikan Gambar 5.19). Kelebi-
han dan penimbunan bilirubin tersebut menyebabkan penyakit kuning,
ditandai dengan kulit bayi yang kuning, tubuh menggembung oleh cai-
ran, hati dan limfa membengkak, dalam darah banyak eritrosit yang be-
lum masak (eritroblas), serta otaknya rusak. Penyakit inilah yang disebut
eritroblastosis fetalis
. Pada umumnya, bayi penderita penyakit tersebut
akan mati sejak lahir atau hidup beberapa saat saja.
Sementara itu, perkawinan antara wanita Rh- dengan pria Rh+ het-
erozigot masih mempunyai kemungkinan menghasilkan bayi normal.
3. Gen-gen yang Ekspresinya Dipengaruhi oleh Jenis
Kelamin
Pewarisan sifat pada manusia dapat dipengaruhi oleh jenis kela-
min individu. Artinya, ekspresi gen-gen autosomal penentu sifat pada
keturunan tersebut dipengaruhi oleh jenis kelamin keturunan yang di-
hasilkan. Sifat tersebut dapat tampak pada kedua seks, tetapi ekspresi-
nya akan lebih besar pada salah satu seks tersebut. Beberapa ekspresi
gen tersebut antara lain:
a. Kepala botak
Sebelum diketahui adanya ekspresi gen yang dipengaruhi oleh seks,
semula kepala botak merupakan gen terangkai kelamin. Namun, pada
kenyataannya anak pria kepala botak diturunkan langsung dari ayah-
nya (hal ini tidak akan terjadi jika gen tersebut terangkai kromosom
X). Demikian juga, jika gen tersebut terangkai kromosom Y
maka tidak pernah diturunkan pada wanita. Kenyataannya,
ada pula wanita yang berkepala botak meskipun sangat
jarang dijumpai.
Jika gen B penentu kepala botak dan gen b penentu
rambut normal, maka dengan adanya pengaruh jenis kela-
min, ekspresi gen tersebut terjadi sedemikian rupa. (Perha-
tikan Tabel 5.7)
Gambar 5.19
Tahapan terjadinya kelahiran bayi penderita eritroblastosis
(a) urat darah plasenta pecah, memungkinkan keluarnya antigen Rh bayi
(b) antigen fetus masuk ke limpa ibu dan ibu membentuk antibodi
(c) antibodi dari ibu masuk ke plasenta dan terjadi reaksi antigen Rh dan antibodi Rh
antibodi
antigen
(a)
(b)
antibodi
(c)
Tabel 5.7. Ekspresi Gen Kepala Botak
Genotip
Pria
Wanita
BB
botak
botak
B
b
botak
tidak botak
bb
tidak botak tidak botak
Suryo, Genetika Manusia, hlm. 231
162
Biologi Kelas XII
b. Jari telunjuk yang panjang
Pada umumnya, setiap orang mempunyai jari telunjuk yang lebih
pendek (normal) daripada jari manis. Gen penen-
tu jari telunjuk pendek adalah gen T, sedangkan
penentu jari telunjuk panjang adalah gen t. Na-
mun, ekspresinya dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Selain mempelajari tentang pewarisan sifat,
kalian juga perlu mengaplikasikannya dalam ke-
hidupan kalian. Untuk itu, ikutilah rubrik
Perco-
baan
berikut ini:
Dari uraian sebelumnya serta rubrik
Percobaan
yang telah kalian
kerjakan, kalian telah mempelajari pewarisan sifat pada manusia, baik
sifat yang diharapkan orang tua maupun sifat yang tidak diharapkan.
Nah, upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk menghindari terjadi-
nya sifat yang tidak diharapkan atau kelainan menurun tersebut?
Temukan jawabannya dengan menyimak materi berikut.
Percobaan
Mengenali Mutan
A. Dasar Teori
Ciri-ciri yang dapat diamati pada manusia antara lain: jenis kelamin, kelainan yang tertaut auto-
som, kelainan yang tertaut kromosom X atau kromosom Y, golongan darah, dan sifat-sifat yang
ekspresinya dipengaruhi oleh seks (jenis kelamin). Contoh sifat yang ekspresinya dipe
ngaruhi
oleh seks tersebut adalah kepala botak dan jari telunjuk panjang.
B. Tujuan
Mencoba menetapkan genotip dirinya sendiri berdasarkan ukuran jari telunjuknya.
C. Alat dan Bahan
1. Alat tulis
2. Penggaris
3.
Jari telunjuk dan jari tengah kalian
D. Langkah Percobaan
1.
Buatlah sebuah garis horizontal pada kertas kosong.
2.
Letakkan salah satu tangan kalian pada kertas tersebut sep-
erti pada gambar di samping.
3.
Berikan tanda pada kertas tersebut letak ujung jari telunjuk
kalian.
4.
Tentukan, apakah jari telunjuk kalian lebih pendek atau leb-
ih panjang daripada jari manis?
E. Pembahasan
1.
Dengan menggunakan simbol gen T dan t, bagaimanakah kemungkinan genotip kalian?
2.
Umpamakan kalian (baik pria atau wanita) mempunyai jari telunjuk lebih pendek daripada
jari manis, menikah dengan pasangan dengan sifat yang sama. Jika semua anak pria ka-
lian mempunyai sifat sama dengan kalian, namun sebagian anak perempuan berjari telun-
juk panjang, dan sebagian lagi pendek, maka:
a. Bagaimanakah kemungkinan genotip kalian?
b. Bagaimanakah kemungkinan genotip suami atau istri kalian? Buktikan.
Tabel 5.8. Ekspresi Gen Jari Telunjuk Panjang
Genotip
Pria
Wanita
TT
telunjuk pendek
telunjuk pendek
Tt
telunjuk pendek
telunjuk panjang
tt
telunjuk panjang telunjuk panjang
Suryo, Genetika Manusia, hlm. 232
Prinsip Hereditas
163
4. Upaya Menghindari Kelainan Menurun
Pada umumnya, gen yang menyebabkan kelainan menurun pada
manusia sulit untuk dilacak. Oleh karena itu agar pewarisan sifat terse-
but dapat dilacak serta dihindari, perlu dilakukan upaya melalui:
a. Eugenetika
Yaitu upaya perbaikan sosial yang meliputi penerapan (implemen-
tasi) hukum-hukum pewarisan sifat, antara lain dengan:
1) Menghindari perkawinan dengan keluarga dekat, karena dapat
memungkinkan rekombinasi gen-gen resesif yang umumnya me-
nimbulkan ketidaknormalan.
2) Harus memahami hukum-hukum hereditas bagi generasi muda.
3) Tidak menikahkan orang-orang yang mengalami gangguan men-
tal seperti idiot, imbisil, dan debil.
4) Dilakukan pemeriksaan kesehatan dan asal-usul calon pasangan
suami-istri. Akan tetapi, pasangan yang sudah menikah dapat
melakukan upaya untuk mengetahui lebih awal kondisi kandung-
annya. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan
amniosentesis
.
Amniosentesis merupakan cara untuk mengetes kemungkinan ada-
nya kelainan kromosom pada bayi yang masih dikandung oleh
ibu. Waktu yang paling baik untuk melakukan amniosentesis ini
adalah pada saat usia kehamilan mencapai 14-16 minggu.
5) Memelihara kesehatan fi sik dan mental
6) Menggunakan peta silsilah
Peta silsilah dapat menunjukkan keadaan atau sifat individu dalam
keluarga besar (1 garis keturunan), sehingga dapat dilacak adanya indi-
vidu yang mewariskan sifat kepada keturunannya.
Berikut ini adalah salah satu contoh bentuk peta silsilah dari satu
keluarga yang beberapa anggotanya mengalami buta warna.
Galeri
Penemuan Peta Silsilah
Peta silsilah pertama kali dite-
mukan di Iran (diduga sejak
tahun 3000 SM) dan dibuat
dari tanah liat. Pada akhir
abad ke-19, beberapa anali-
sis tentang peta silsilah pada
manusia telah dilakukan oleh
Francis Galton
(1822-1911),
perintis ilmu eugenetika,
sekaligus keponakan Charles
Darwin.
Suryo, Genetika Manusia, hlm. 101
Francis Galton
Microsoft Encarta Premium 2006
-
--
---
Gambar 5.20
Peta silsilah
penyakit buta warna dalam
satu keluarga
CC
c
-
Cc
C
-
CC
c
-
C
-
Cc
Perempuan normal
Perempuan buta warna
Laki-laki normal
Laki-laki buta warna
Perkawinan antara laki-laki
dan perempuan
Generasi pertama
Generasi kedua
Generasi ketiga
Perempuan normal
Laki-laki buta warna
Perempuan normal (
Carrier
)
Laki-laki normal
Keterangan simbol Peta Silsilah:
164
Biologi Kelas XII
b. Eutenika
Upaya eutenika dilakukan melalui pengelolaan lingkungan seperti
pendidikan, peningkatan gizi, perbaikan tempat tinggal, olah raga, dan
rekreasi.
Nah, kalian telah banyak mempelajari tentang hereditas pada ma
nuasia. Oleh karena itu untuk dapat mengaplikasikan dalam kehidupan
kalian, selesaikan tugas di rubrik
Telisik
serta
Uji Kompetensi
berikut.
Membuat Peta Silsilah Keluarga
Lakukanlah tugas ini bersama kelompok kalian sebagai tugas di luar kelas. Berikut ini langkah-lang-
kah yang perlu kalian ikuti:
1.
Siapkan alat dan bahan seperti kertas berukuran lebar (dapat menggunakan kertas manila atau
yang lainnya), spidol atau pensil berwarna, dan penggaris.
2.
Pilihlah salah satu dari kelompok kalian yang mempunyai keluarga besar dan di antara anggota
keluarganya ada yang mengalami kelainan atau kondisi yang tidak normal atau menyimpang dari
anggota keluarga yang lain.
Catatan
: Lakukan kegiatan (point kedua) dengan baik dan sopan agar tidak menyinggung pe-
rasaan.
3.
Buatlah daftar nama dan sifat dari semua anggota keluarga besar tersebut mulai dari generasi pa-
ling awal (kakek atau buyut yang masih ada) sampai generasi saat ini.
4.
Dengan menggunakan simbol yang umumnya digunakan dalam peta silsilah, buatlah peta silsilah
berdasarkan keadaan yang terjadi pada keluarga dari salah satu teman kalian tersebut.
5.
Kumpulkan tugas kalian pada guru, kemudian presentasikan hasil peta silsilah yang telah kalian
buat dengan menjelaskan siapa saja yang kemungkinan bersifat
carrier
.
Telisik
1.
Selain jenis kelamin, sebutkan sifat-sifat yang
dapat diturunkan pada manusia.
2.
Sebutkan macam kelainan menurun oleh alel
resesif dan alel dominan autosom.
3. Sebutkan dan jelaskan 2 macam ekspresi
gen yang dipengaruhi seks!
4.
Apa yang dimaksud dengan
carrier
?
5. Sebutkan ciri-ciri orang yang mengalami
gangguan mental.
6.
Jelaskan perbedaan antara brakhidaktili
dan polidaktili.
7.
Sebutkan macam kelainan oleh alel resesif
kromosom X dan oleh alel resesif kromo-
som Y.
8.
Apa yang dimaksud dengan
criss-cross in-
heritance
?
9.
Jelaskan bagaimana seseorang dikatakan
mempunyai golongan darah A, B, AB, dan
O.
10. Jelaskan yang dimaksud dengan
eritro-
blastosis fetalis
.
Uji Kompetensi
Prinsip Hereditas
165
Ikhtisar
1. Pewarisan sifat (karakter) dari induk (orang tua) kepada fillialnya melalui suatu perkawinan
melibatkan gen (sebagai faktor pembawa sifat keturunan).
2.
Mendel memilih kacang kapri untuk objek kajiannya, karena memiliki pasangan-pasangan yang
kontras, melakukan autogami atau penyerbukan sendiri, mudah disilangkan, mampu menghasilkan
keturunan banyak, dan cepat menghasilkan atau daur hidupnya pendek.
3.
Hukum Mendel I disebut juga Hukum Segregasi, karena menyatakan bahwa pada waktu pem-
bentukan gamet (meiosis), kromosom-kromosom homolognya memisahkan diri secara bebas.
4.
Persilangan monohibrida adalah perkawinan dengan satu sifat (karakter) beda yang mencolok.
5.
Genotip bersifat menurun dan diwariskan pada keturunan.
6. Fenotip adalah sifat yang tampak dari luar. Fenotip merupakan paduan dari genotip dengan
lingkungannya.
7.
Hukum Mendel II dikenal sebagai Hukum Asortasi atau Hukum Berpasangan Secara Bebas atau
Hukum Penggabungan Bebas.
8.
Persilangan dihibrida yaitu persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel yang berbeda.
9.
Back cross
merupakan persilangan antara anakan F1 yang heterozigot dengan induknya yang
homozigot dominan.
10.
Test cross
adalah menyilangkan suatu hasil persilangan dengan salah satu induk homozigot resesif.
11. Penyimpangan semu Hukum Mendel meliputi interaksi gen, kriptomeri, polimeri, epistasis-hipostasis,
gen-gen komplementer, gen dominan rangkap, dan atavisme.
12. Kriptomeri yaitu gen dominan yang seolah-olah tersembunyi jika berdiri sendiri dan akan tampak
pengaruhnya apabila bersama-sama dengan gen dominan yang lainnya.
13. Polimeri adalah pembastaran heterozigot dengan banyak sifat beda yang berdiri sendiri, tetapi
memengaruhi bagian yang sama dari suatu organisme.
14. Sifat atau fenotip yang tadinya menghilang, dapat muncul kembali pada generasi berikutnya,
melalui proses yang disebut atavisme.
15. Epistasis adalah faktor (gen) dominan yang menutupi gen dominan lain yang bukan alelnya,
sehingga sifat yang dikendalikan gen yang tertutup tidak muncul.
16. Hipostasis adalah faktor (gen) yang tertutupi oleh gen dominan yang lain, yang bukan alelnya.
17. Peristiwa inheritansi baik pada hewan, tumbuhan, maupun manusia akan mengikuti pola-pola
hereditas seperti adanya tautan, tautan seks, pindah silang, determinasi seks, adanya gen letal,
dan
non-disjunction
.
18. Pindah silang dapat terjadi pada saat meiosis (pembentukan gamet). Pindah silang dapat berupa
pindah silang tunggal atau pindah silang ganda. Untuk mengetahui kekuatan pindah silang dihitung
nilai pindah silangnya (NPS).
19. Tipe-tipe determinasi seks meliputi tipe XY (pada lalat buah dan manusia), XO (belalang atau Ordo
Orthoptera dan kepik atau Ordo Hemiptera), ZO (ayam dan itik), dan ZW (burung, serangga, dan
kupu-kupu).
20. Gen letal dibedakan menjadi gen resesif letal (pada jagung albino) dan gen dominan letal (pada
ayam redep dan tikus kuning).
166
Biologi Kelas XII
S e n a r a i k a t a
Autosom
Kromosom penyusun sel-sel tubuh (sel
somatik) selain sel kelamin. Pada manusia terdapat
22 pasang autosom dan sepasang gonosom
(kromosom seks)
Antibodi
Protein yang diproduksi jika ada benda
asing (antigen) yang tidak dikenal masuk ke dalam
tubuh (darah)
Galur murni
Merupakan keturunan dari suatu
pembastaran, yang mempunyai sifat unggul
(biasanya homozigot dominan)
Gen intermediet
Gen yang pengaruhnya sama
kuat dengan alelnya
Gen letal
Gen yang dalam keadaan homozigot
menyebabkan kematian
Genotip homozigot
Hasil peleburan gamet,
mempunyai gen yang sama
Genotip heterozigot
Hasil peleburan gamet,
mempunyai gen yang berbeda
Hibrid
Individu atau keturunan hasil persilangan
induk dengan susunan gen berbeda
Holandrik
Sifat keturunan yang timbul karena
pengaruh gen tertaut kromosom Y
Lokus
Tempat terdapatnya gen dalam kromosom
Mutan
Gen pada individu yang mengalami mutasi
21. Gagal berpisah atau
non-disjunction
dapat terjadi pada saat pembentukan gamet (meiosis).
22. Pewarisan sifat pada manusia dapat diturunkan melalui kromosom seks (kromosom X dan kromosom
Y) atau kromosom autosom.
23. Sifat-sifat yang dapat diwariskan pada manusia meliputi jenis kelamin, kelainan menurun, golongan
darah, dan ekspresi gen-gen yang dipengaruhi oleh seks.
24. Ada tiga macam sistem penggolongan darah, antara lain: sistem A, B, O; sistem MN, dan sistem
Rhesus (Rh).
25. Kelainan menurun yang disebabkan oleh alel resesif dan dominan autosom adalah albino, gangguan
mental, brakhidaktili, cystinuria, dan polidaktili.
26. Kelainan menurun yang disebabkan oleh alel resesif kromosom X adalah buta warna, anodontia, dan
hemofilia.
27. Kelainan menurun yang disebabkan oleh alel resesif kromosom Y adalah
Hypertrichosis, Hystrixgravier,
dan
Webtoes
.
28. Pewarisan sifat pada manusia dapat dihindari melalui upaya perbaikan sosial meliputi upaya
eugenetika dan eutenika.
29. Peta silsilah dapat menunjukkan keadaan atau sifat individu dalam keluarga besar (1 garis keturunan)
sehingga dapat dilacak adanya individu yang mewariskan sifat kepada keturunannya.
Prinsip Hereditas
167
A Pilihlah satu jawaban yang paling tepat.
1.
Persilangan manakah yang akan menghasil-
kan keturunan dengan rasio fenotip 1 : 1 :
1 : 1?
a. QqRr >< qqRr
b. QqRr >< QqRr
c. Qqrr >< qqrr
d. Qqrr >< qqRr
e. Qqrr >< qqRR
2. Seorang ayah kidal bergolongan darah AB
menikah dengan wanita heterozigot kanan
yang bergolongan darah B. Bila mereka
mempunyai anak yang bergolongan darah
A, berapa persen kemungkinan turunan
mereka yang kidal dapat menjadi donor
darah untuk ayahnya?
a. 12,5%
b. 25%
c. 50%
d. 75%
e. 100%
3. Perhatikanlah sifat-sifat berikut:
1) Tidak memiliki pasangan yang kontras
2) Melakukan penyerbukan sendiri
3) Mudah disilangkan
4) Memiliki keturunan sedikit
5) Daur hidupnya agak panjang
Yang merupakan alasan Mendel memilih
kacang kapri sebagai bahan percobaannya
adalah . . . .
b. 1 & 2
c. 2 & 3
d. 3 & 4
e. 4 & 5
f.
1 & 5
4. Berikut yang bukan merupakan hipotesis
Mendel, yaitu . . . .
a. setiap sifat organisme dikendalikan
oleh sepasang gen
b. individu murni memiliki pasangan si-
fat dominan atau resesif saja
c. pada saat meiosis, pasangan faktor
(alel) memisah secara bebas
d. Pasangan faktor keturunan resesif me-
nutup faktor yang dominan
e. Setiap pasangan keturunan menun-
jukkan bentuk alternatif sesamanya
5. Berikut ini merupakan ciri-ciri persilangan:
1) Perkawinan dengan satu sifat beda
yang menyolok
2) Tiap macam gamet jumlahnya sama
banyak
3) Bastarnya akan mensegregasikan pas-
angan gen pada gamet-gametnya.
Semua ciri-ciri tersebut, menunjukkan je-
nis persilangannya . . . .
a.
test cross
b. dihibrida
c. monohibrida
d. pautan gen
e. epistasis
6. Yang bukan merupakan contoh fenotip
adalah . . . .
a. rambut
b. kulit
c. selaput pelangi
d. gen rambut hitam
e. tubuh
7. Persilangan antara suatu hasil persilangan
dengan salah satu induknya yang bersifat
homozigot resesif disebut dengan . . . .
a.
test cross
b.
back cross
c. epistasis
d. hipostasis
e. polimeri
8. Macam-macam penyimpangan Hukum
Mendel antara lain:
1) Interaksi gen
Ulangan Harian
168
Biologi Kelas XII
2) Kriptomeri
3) Polimeri
4) Atavisme
5) Epistasis –hipostasis
Yang memiliki perbandingan 15 : 1 dari
hasil persilangan F2 adalah . . . .
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
9. Keturunan atau hasil pembastaran yang
mempunyai sifat sama dengan kedua in-
duknya, dapat disebut . . . .
a. gen-gen komplementer
b. epistasis domiann
c. galur murni
d. interaksi gen
e. polimeri
10. Gen yang pengaruhnya sama kuat dengan
alelnya disebut . . . .
a. pembastaran
b. genotip
c. gen dominan
d. gen intermediet
e. gen resesif
11. Individu-individu berikut diketahui mem-
punyai tipe-tipe seks tertentu:
1) ayam, itik
2) burung
3) beberapa ikan
4) kepik
5) lalat buah
6) salak
7) kupu-kupu
Yang mempunyai tipe seks ZW adalah . . . .
a. 1, 2, dan 3
b. 2, 4, dan 6
c. 2, 3, dan 7
d. 3, 4, dan 5
e. 4, 5, dan 7
12. Dalam sebuah perkawinan, antara ayah
bergolongan darah A heterozigot dengan
ibu darah AB, maka akan diperoleh ketu-
runan dengan rasio fenotip . . . .
a. 2 : 1 : 1
b. 1 : 2
c. 3 : 1
d. 4
e. 1 : 3
13. Jika bunga warna kuning (KKKK) disi-
langkan dengan bunga warna putih (kkkk),
maka dihasilkan keturunan F1 100% he-
terozigot. Bila F1 heterozigot disilangkan
dengan sesamanya, maka akan diperoleh
bunga warna kuning sebanyak . . . .
a. 9
b. 27
c. 15
d. 3
e. 1
14.
Seorang gadis kulit hitam berbadan kurus
(HHgg) menikah dengan lelaki berkulit putih
berbadan gemuk (hhGG). Jika hasil F1 dika-
winkan dengan sesama jenisnya, maka dihasil-
kan keturunan dengan rasio fenotip . . . .
a. 9 : 3 : 1
b. 9 : 3 : 3
c. 9 : 7
d. 15 : 1
e. 3 : 3 : 1
15. Seorang petani melakukan pembastaran
melon bentuk panjang dominan homozigot
(PPBB) dengan melon berbentuk bulat re-
sesif homozigot. Keturunan F1 memiliki
bentuk panjang dengan persentase sebesar .
. . .
a. 100%
b. 50%
c. 25%
d. 12,5%
e. 0%
16. Dalam sebuah keluarga terdiri dari anak
bergolongan darah A, AB, dan O. Jika
ayah bergolongan darah A, maka ibunya
bergolongan darah . . . .
a. AB
Prinsip Hereditas
169
b. A
c. O
d. Rhesus positif
e. B
17. Jika B (biru) epistasis terhadap M (merah)
yang hipostasis. Persilangan dilakukan an-
tara keduanya (NNmm) dan (bbMM). Jika
F1nya dibiarkan bersilangan, maka F2 akan
menghasilkan rasio fenotip biru, merah, dan
ungu dengan perbandingan . . . .
a. 9 : 4 : 3
b. 9 : 3 : 4
c. 12 : 1 : 3
d. 12 : 3 : 1
e. 3 : 1 : 12
18. W
anita yang ayahnya buta warna menikah
dengan pria normal. Maka, kemungkinan
anaknya akan lahir laki-laki buta warna
adalah . . . .
a. 12,5 %
b. 25 %
c. 50 %
d. 75 %
e. 100 %
19. Pasangan pria buta warna dengan wanita
tidak buta warna yang bukan
carrier
dapat
menurunkan anak pria . . . .
a. normal dan wanita
carrier
b. normal dan wanita normal
c. normal dan wanita tidak
carrier
d. buta warna
e. buta warna dan wanita
carrier
20. Jika seorang wanita normal homozigot me-
nikah dengan pria hemofi lia, maka per-
nyataan berikut yang benar adalah . . . .
a. semua anaknya hemofi
lia
b. 50 % anak perempuannya hemofi
lia
c. 50 % anak perempuannya normal
d. 75 % anak laki-lakinya hemofi
lia
e. semua anaknya normal
B Kerjakan soal-soal berikut dengan benar.
1.
Apakah yang kalian ketahui tentang:
a.
test cross
b.
back cross
c. homogametik
d. heterogametik
e. aglutinasi
2.
Bila dari sebuah persilangan dihasilkan tu-
runan F1 heterozigot IiRr, maka tentukan-
lah:
a. Simbol dari parental pertama
b. Hasil persilangan dari F1 (turunan)
dengan sesamanya.
c. Perbandingan genotip dan feno-
tipnya.
3. Dalam sebuah pembastaran bunga tulip
ungu, dominan homozigot (UU) dengan tu-
lip warna putih resesif heterozigot (Pp). Jika
U epistasis terhadap P, maka:
a. Bagaimanakah diagram persilangan-
nya?
b. Tuliskan rasio fenotip yang dihasilkan
dari persilangan sesama F1.
4. Seorang petani membastarkan mangga
buah besar dan biji besar (BBJJ) dengan
mangga buah besar dan biji kecil (BBjj).
a. Bagaimanakah diagram persilangannya?
b. Tuliskan rasio fenotip yang dihasilkan
dari persilangan sesama F1.
5. Dalam sebuah perkawinan antara ayah
yang botak (BB) dan ibu normal (Bb) maka
bagaimanakah kemungkinan fenotip anak
laki-laki dan perempuan yang dilahirkan?
6. Buatlah skema pembastaran bunga merah
tua dari perkawinan parental betina putih
dan jantan merah muda.
7. Jelaskan apa yang akan terjadi jika orang
bergolongan darah AB ditransfusikan pada
golongan darah O.
170
Biologi Kelas XII
8. Tuliskanlah jenis golongan darah ayah dan
ibu kalian, kemudian buatlah diagram persi-
langan keduanya. Bagaimanakah rasio feno-
tip dan genotipnya?
9. Buatlah skema perkawinan antara wanita
dengan pria yang menghasilkan anak de-
ngan perbandingan fenotip:
a. Rh+ dan Rh- masing-masing 50%.
b. 50% Rh+ homozigot dan 50% Rh+
heterozigot
c. 100% Rh+ homozigot
d. 100% Rh- homozigot
10. Jelaskan upaya-upaya apa saja yang dilaku-
kan untuk menghindari terjadinya kelainan
menurun.